cerita

Amaiyaa dan Gue Beli Baterflai

23.20.00

kesalahan anak-anak



"Amaiyaaaaa"

Tahun pertama terlewati tanpa tanda tanya. Di tahun kedua, seiring pertambahan usia, muncul pertanyaan. Apa itu Amaiya? Kenapa semua teman-teman di kelas mengucapkan Amaiya saat hendak pulang sekolah?

Karena tak tahan terhadap rasa penasaran yang kian membuncah akhirnya dia bertanya pada sang Bapak, yang kebetulan juga seorang guru.

"Pak, Amaiya itu apa sih"

"Amaiya?" sang bapak justru mengulang kembali perkataan tersebut tanda tak paham.

"iya, Amaiya. Setiap hari teman-teman satu kelas mengucapkan Amaiya kalau mau pulang sekolah"

*

*

*

hening

*

*

*

Sang Bapak berpikir keras, mencerna pertanyaan anaknya, namun akhirnya menyerah dan balik bertanya.

"Kapan teman-temanmu mengucapkan Amaiya?" tanya sang Bapak.

"Setiap hari saat mau pulang, ketua kelas berkata 'Beri salam' lalu semua teman-teman menjawab 'Amaiyaaaaa'" sang anak panjang lebar menjelaskan. Sontak sang Bapak tertawa terbahak-bahak tanpa bisa menahannya lagi.

"Itu bukan Amaiyaaa... tapi selamat siang, nduk...." Sang Bapak menjelaskan sambil terus tertawa.

"tapi teman-temanku bilangnya Amaiya" #ngeyel

"Ya sudah kalau tidak percaya, besok dengarkan baik-baik. Atau tanyalah pada temanmu"

Sang anak hanya mengerutkan dahi sambil mengangguk-angguk.


Kejadian Amaiya, sudah puluhan tahun berlalu. Tapi masih saja saya tak mampu menahan tertawa saat mengingatnya. Rasa geli itu masih tetap sama seperti saat pertama kali saya mendengar cerita itu.







Betewe saya sudah minta izin sama anak saya waktu mau mengunggah video diatas.


Beda lagi dengan anak saya yang paling kecil. Dia tidak benar-benar mendengarkan suatu lagu. Saat dia menyanyikannya kembali, banyak lirik yang dia ubah sesuka dia. 



Awalnya merasa lucu, namun lama-lama jadi terpikir oleh saya, kalau kelucuan anak-anak ini bukanlah bahan tertawaan (walaupun sebenarnya saya sendiri tidak dapat menahan tawa sih hihihi). Kita sebagai orang dewasa menganggapnya lucu, karena kita melihat apa yang anak-anak lakukan itu salah. Apabila yang melakukan kesalahan tersebut adalah orang dewasa, maka kita tidak akan menganggap lucu lagi. Karena kita pasti menganggap kalau hal itu pasti dibuat-buat.



Bagaimana dengan anak-anak? Apakah mereka menganggap apa yang mereka lakukan itu suatu kesalahan? TIDAK ! Karena mereka hanya menirukan apa yang dapat mereka tangkap menggunakan indera mereka.


anggapan anak
Anak-anak akan selalu menganggap apa yang mereka lihat itu semua benar, sampai ada orang lain yang memberitahukan kepada mereka kalau itu salah




Di media sosial sering kali kita melihat berita viral tentang anak-anak yang melakukan hal-hal yang seharusnya orang dewasa lakukan. Misalnya saja yang baru-baru ini saya lihat yaitu anak kecil yang berjoget dangdut di depan orang banyak. Dan jogetnya itu bukan joget khas anak-anak yang lucu dan menggemaskan, melainkan menirukan gaya berjoget orang dewasa.




Ketika saya melihat komen-komen yang ada di postingan tersebut, banyak yang menganggap itu adalah kelucuan. Jarang sekali yang memberi komentar bernada prihatin. Apakah anak yang melakukan hal tersebut salah? sekali lagi saya jawab TIDAK! Yang salah adalah orang-orang yang lebih dewasa di lingkungan anak tersebut.



Begitulah anak-anak, bagi mereka satu perbuatan lebih mudah diingat daripada seribu kata-kata. Karena itulah, sebagai orang tua yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama anak-anak, saya selalu diingatkan oleh Pak Suami. Jangan capek-capek untuk selalu memberi nasehat kepada anak-anak. Meskipun harus mengulang nasehat yang sama berulang-ulang kali. Karena kita tidak pernah tahu, kalimat nasehat mana yang akan membekas diingatan anak-anak.

Lalu bagaimana jika orang tua terlanjur melakukan perbuatan yang salah di depan anak-anak? Misalnya saja marah sampai berteriak? Kalau ini sih saya sering  pernah melakukannya. Walaupun setelahnya saya menyesal bukan main, tapi nasi sudah menjadi bubur. Saya bisanya cuma menjelaskan ke anak-anak bahwa perbuatan tersebut adalah suatu kesalahan, bukan untuk ditiru. Setelah itu saya meminta maaf, karena telah berbuat seperti itu, sekaligus saya jelaskan kepada mereka alasan saya melakukannya. Misalnya saja karena saya sayang dan "ngeman" mereka. Saya ceritakan juga kekhawatiran saya sebagai orang tua, apabila anak melakukan kesalahan tapi tidak diperingatkan.

Saya rasa, teriakan kemarahan saya bukanlah hal yang mudah dilupakan. Namun dari peristiwa ini, baik saya maupun anak-anak sama-sama belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Semoga...

Bagaimana dengan anda, teman-teman yang telah meluangkan waktu untuk membaca tulisan saya ini. Apakah anda mempunyai pendapat berbeda ?












You Might Also Like

14 comments

  1. Iya juga sih, Mbak. Saya juga termasuk yang sering kelepasan. :')

    BalasHapus
  2. Dan sampai sekarang Amaiyaa masih menjadi misteri?

    BalasHapus
  3. Wkwkwkwkwkw gua beli butterfly....aku ampe jkut ngelafalin amaiya loh..wkwkkwkw

    BalasHapus
  4. Lucu banget gua beli baterfainya, mbk. Haha
    Saya sepakat kalau nasehat itu harus sering-sering. Soalnya dulu saya suka kesal dengan nasehat ibu saya yang berulang-ulang. Tapi setelah dewasa baru saya paham. Bahwa nasehatnya yang berulang itu bahkan sudah melekat pada diri saya . Dan saya otomatis melakukan seperti apa yang beliau katakan itu.

    BalasHapus
  5. Benar sekali Mbak Retno. Anak2 itu lucu, bahkan ketika mereka melakukan kesalahan. Akan ada masanya mereka berhenti, sehingga ketika terjadi. Nikmatilah dulu.

    BalasHapus
  6. Saya pernah menonton psikolog memberikan saran kpd audience-nya agar menggunakan kata2 positif untuk melarang anaknya melakukan sesuatu.
    Seperti contoh : "baik-baik ya nak, dengan teman-temanmu," ketimbang "jangan berantem ya. Ingat! Jangan berantem."
    Saya rasa hal tsb masuk diakal dan bisa diaplikasikan di rumah setiap hari.

    BalasHapus
  7. hehehee...aku lucu ngebayangin amaiyaa
    tadi ngelafalin sambil ketawa lho, anak-anak itu sungguh peniru ulung. Kita sebagai yang sudah dewasa harus terus kasi contoh yang baik dan tentu saja jangan sampai melihat kejadian yang mirip sebagai hal yang lucu, bahaya itu

    BalasHapus
  8. Aimayaaaa, baterflai, KOCAK HIHIHI

    Ya sebenernya sih menurut saya nggak papa, asal dikasih tau scr baik2 setelah itu hehe biar anak nggak trauma. Tapi nanti pas mereka besar mereka bakalnmengerti kok hihi

    BalasHapus
  9. Saya juga miris kalau melihat tayangan anak-anak yang berlaku menyerupai kelakuan orang dewasa. Kok, rasanya mereka terlihat cepat dewasa, ya...
    Seharusnya masa kanan-kanak mereka lalui dengan kepolosan.

    Gua beli baterflai??? wkwkwk ... lucu deeh!!

    BalasHapus
  10. Yoi, yang ngasih arahan jelas orang dewasanya, anak-anak kan tau nya niru aja. So, semakin baik sistem pendidikan yang dikasih orang tua, ya semakin baik pula berkembangnya anak nanti,.

    BalasHapus
  11. Amaiyaa baru tau dah kata kata itu mba. Dan bener juga sih anak anak gamau kalah sama org dewasa kecuali kalo temen sebayanya bilang salah setuju haha

    BalasHapus
  12. Orang tua memang harus memberikan pengertian kepada anak dengan perlahan dan dimengerti. Semacam nasehat sembari ngobrol santai kali ye. Yang penting juga anak anak harus diajarkan selalu dengan kata kata positif sik

    BalasHapus