Powered by Blogger.

Pages

  • Beranda
  • tentang Retno...
  • Disclosure

lemaripojok

"Ah itu kan cuma pikiranmu saja”

“Tapi,aku sudah menemukan bukti, apalagi alasanmu sekarang?”

“Sudahlah sayang…cuma berteman biasa aja,gak lebih… kamu kan juga udah baca sendiri apa isi sms-sms itu…’’ ujar Andre sambil berusaha meraih tangan  Ratih, namun dengan cepat Ratih menarik tangannya.

“Sudahlah… aku sudah capek, aku muak dengan semua ini… tak kuduga kamu sepengecut itu.” Ratih nampak sangat marah, otot-otot diwajahnya menegang menahan amarah.

Andre mendekat, mencoba untuk memeluk istrinya tapi ternyata usahanya sia-sia. Ratih melangkah menjauh, tak biasanya perempuan cantik itu menghindari pelukan suaminya, kemarahan benar-benar menguasainya. Diraihnya segelas air putih yang ada di depannya, diminumnya perlahan. Andre hanya diam sambil menahan nafas, dia tak mengira istrinya akan semarah itu.

”Sudah berapa kali kalian bertemu?’’ suara Ratih tertahan seakan takut dengan jawaban yang akan didengarnya.
Senyum Andre mengembang, seolah-olah dia baru saja mendapat tenaga baru, “kan sudah mas bilang,sayang… mas belum pernah bertemu, cuma sms-an saja, mas gak ada apa-apa sama dia…’’

“Dasar pembohong!!!’’ Ratih berteriak keras, “Kalau memang mas tidak ada apa-apa, kenapa sms nya harus sembunyi-sembunyi?’’
’’Aku takut kamu marah sayang…’’
‘’Huh’’ Ratih mendengus kesal
“Dasar lelaki murahan…!’’ Ratih semakin marah “Gak cuma perempuan aja yang murahan, bagiku lelaki juga ada yang murahan…kaya kamu itu…sudah punya istri masih juga kegatelan’’
Andre terkesiap, dia tak mengira perempuan yang dicintainya itu sampai mengeluarkan kata-kata kasar, dia tak berani menjawab karena tahu memang dia yang salah, jawabannya hanya akan menambah keruh suasana.

Ditariknya nafas dalam-dalam. Dengan suara yang nyaris tak terdengar, Andre mencoba untuk meminta maaf pada istrinya, satu-satunya wanita yang ada di hatinya.

“Sayang, mas minta maaf….mas janji gak akan ngulangi lagi…’’
”Coba mas pikir’’ kata Ratih dengan nada lebih rendah ‘’Seumpama aku yang ngelakuin seperti apa yang mas lakukan, apa mas rela?’’

Dalam diam, hati Andre mengakui mana ada lelaki yang rela istrinya berhubungan dengan lelaki lain dengan sembunyi-sembunyi.
“Aku benar-benar kecewa, sakit hatiku… kalau memang mas udah gak cinta, gak sayang lebih baik utarakan saja… jangan dengan cara seperti ini!’’

“Mas bener-bener minta maaf…aku mohon…akan mas lakukan apapun untuk menebusnya..’’
Ratih menarik nafas dalam-dalam kemudian dia berkata
“Baiklah…kita lupakan saja semua ini… anggap saja tidak pernah terjadi,walaupun pedih hatiku jika mengingatnya’’
Andre terperangah, dia terkejut karena biasanya tak secepat itu istrinya memberi maaf. Meskipun hanya persoalan kecil, biasaya Ratih sulit untuk memaafkan, ‘’pasti ada sesuatu’’ pikir Andre dalam hati.
‘’Lalu?’’ Tanya Andre
‘’Lalu apalagi?’’ujar Ratih kesal
‘’Apakah kamu benar-benar memaafkanku…atau jangan-jangan kau akan membalas dendam suatu saat nanti..’’ kata Andre hati-hati, bagaimanapun juga diakuinya istrinya adalah perempuan cerdas yang tidak mungkin mengatakan sesuatu tanpa dipikir dan Ratih bukanlah tipe perempuan yang suka menjilat ludahnya sendiri.

‘’Balas dendam…maksud mas?’’
‘’Yaaa..mungkin,suatu saat nanti kamu akan mencintai orang lain dibelakangku…’’ tersendat-sendat Andre mengungkapkan maksud pembicaraannya.

‘’Dengar ya mas…aku bukan perempuan murahan!’’ nada suara Ratih meninggi ‘’Aku lahir sebagai perempuan terhornat, pantang bagiku untuk berbuat rendah’’
Andre diam

‘’Tapi ingat, jika mas melakukannya lagi maka aku akan pergi dari rumah ini, uruslah keperluanmu sendiri karena kita sudah tidak ada urusan lagi’’

‘’Maksudmu?’’
‘’Ya,artinya kita pisah”
’Pisah?”

“Ya.. pisah.. aku siap menghidupi diriku sendiri, kalau saat ini aku tidak bekerja, bukan berarti aku tidak mampu, tapi karena aku menghormati kehendakmu sebagai suamiku….aku masih punya cita-cita…aku punya mimpi yang akan kuraih dengan atau tanpamu…jangan kau lupa  pula aku masih punya teman dan saudara yang mencintaiku tanpa syarat…mereka tidak akan segan menolongku.”

Selama ini Andre memang membatasi gerak Ratih, belum pernah sekalipun Ratih keluar rumah tanpa dirinya atau orang kepercayaannya. Dicukupinya segala kebutuhan istrinya bahkan tanpa Ratih minta, hadiah-hadiah yang bagus dan mahal selalu diberikan Andre walau tidak sedang merayakan apapun. Bagi Andre memberi hadiah istrinya adalah kebahagiaan tersendiri.

Namun sekarang, Andre baru sadar kalau ternyata semua yang dilakukannya hanya mengurung fisik istrinya saja, tidak dengan hati dan pikirannya.
*****
Ratih tersenyum, sama seperti senyumnya sepuluh tahun lalu, senyum yang penuh kemenangan. September ini adalah yang ke sepuluh sejak  kejadian itu. Pertengkaran yang dia rancang untuk meyakinkan suaminya bahwa  dia adalah wanita yang kuat dan berpendirian.

Waktu itu yang dia butuhkan hanyalah sebuah momentum, ya… sebuah momentum untuk merubah hidupnya, merubah sikap Andre kepadanya dan merubah cara pandang Andre terhadapnya.

Beruntung Tuhan menolongnya dengan menghadiahkan sebuah kejadian tak terduga. Andre, suaminya asyik berkirim sms dengan wanita lain diluar sepengetahuan Ratih. Skenario dirancang, kemarahan besar yang palsu dilakukan. Kata-kata kasar pun terpaksa dilontarkan. Ratih puas dengan aktingnya saat itu, masih teringat betapa marahnya dia dan betapa kalutnya Andre.

Ratih tak ingin menguasai atau mengatur Andre yang notabene sebagai kepala keluarga seperti pepatah orang Yunani. Lelaki adalah pemimpin dalam keluarga dan wanita adalah leher yang dapat memerintahkan kemanapun lelaki itu akan menoleh.
Tidak… bukan itu yang diinginkan Ratih adalah adanya kebersamaan dalam membangun sebuah keluarga, dimana suami menghargai pendapat istrinya, mau mendengarkan keluh kesah istrinya membuat keputusan bersama dan menjadikan istrinya perempuan mandiri dan penuh inisiatif.

Bagi Ratih perempuan bukanlah pajangan di rumah yang diberi pakaian dan perhiasan yang bagus tapi tidak bisa mengekspresikan dirinya. Bukannya sejak zaman Rasulullah perempuan memiliki hak yang sama dengan pria disamping melakukan kewajibannya sebagai perempuan, sebut saja Nasibah binti Ka’ab yang berperang disamping Rasulullah dengan menggunakan pedang, bahkan dia tidak berhenti sampai terdapat 13 luka ditubuhnya.
Dalam kehidupan keluarga ada Aisyah RA yang dengan kecerdasannya mampu menyampaikan pendapatnya dengan terbuka, sangat mudah dimengerti dan masuk akal. Bahkan beliau mampu berdiskusi dengan nabi Muhammad SAW mengenai berbagai macam hal.
*****
“Sedang memikirkan apa sayang?” sebuah tangan kekar dengan lembut melingkar di pinggangnya. Dirasakannya desah nafas hangat meniup rambut-rambut kecil ditengkuknya. Ada perasaan nyaman yang turut mengalir dalam aliran darahnya.

Tanpa disadari, rupanya Andre sudah berdiri di belakangnya beberapa saat lalu dan memperhatikannya yang sedang termenung.
‘’Ada apa? Apa ada yang mengganggu pikiranmu?” Ratih berbalik lalu dirangkulnya leher lelaki yang dicintainya, dengan setengah berbisik Ratih berkata

“Sayangku, tak tahukah betapa bahagianya aku menikah denganmu? kau jadikan aku ratu di istanamu, dan kau adalah rajaku, kau hargai aku, kau ijinkan aku menjadi diriku sendiri, kebahagiaan apalagi yang akan kucari? semua sudah kau berikan untukku…terima kasih sayang…” Keduanya pun berpelukan begitu dalam dan hangat. Sedalam dan sehangat cinta mereka.
*****
Senja kian memerah, burung – burung terbang kembali ke sarangnya. Langit memendarkan warna keemasan, sore yang indah. Seindah September –September yang akan datang, yang akan mereka lalui bersama dalam kehangatan cinta.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Cerita tentang Kopi

Dipetiknya perlahan biji-biji kopi yang merah, dia jaga benar-benar agar tangkainya tak ikut patah ” Bisa-bisa aku menunggu panen dua tahun lagi , kalau sampai tangkai-tangkai ini patah” pikirnya. Sesekali disekanya butiran keringat yang menetes dari kulit wajahnya. Matahari begitu terik, tapi dia harus tetap memetik kopi, sayang sekali buah kopi yang sudah merah itu kalau tidak segera dipetik, bisa rontok dan tangkainya jadi kering.

“Sudah dua hari bubuk kopi dirumah habis, kasihan suamiku tak bisa minum kopi lagi” Perempuan itu bergumam sendiri sambil memikirkan apa-apa yang akan dilakukannya nanti setelah memetik kopi.

“Biarlah kutunggu sampai matahari agak turun, lalu aku akan goreng kopi yang sudah kering itu” ujarnya lagi.
Sudah lima belas hari lebih biji-biji kopi yang kini sedang dijemur di emperan rumahnya itu dia bawa keluar masuk tiap pagi dan sore. Tak jarang dia harus berkejaran dengan hujan, agar biji kopinya tak basah oleh air yang turun dari langit itu.
Dilihatnya keranjang bambunya sudah hampir penuh oleh biji kopi segar. “Ah kugiling saja kopi segar ini biar kulitnya pecah, bisa langsung kujemur esok hari” Dibawanya keranjang itu ke belakang rumahnya. Dengan sebuah gilingan kayu, digilingnya kopi-kopi itu sampai kulitnya pecah dan biji-biji kopi yang lengket itu menyembul keluar.

Setelah urusan dengan kopi segar itu selesai. Diambilnya kayu bakar, yang kemudian disulutnya kayu itu di tungku. Diatas tungku itu sudah bertengger     sebuah sangan, wajan dari tanah untuk menyangraikopi.

Disangrainya biji kopi kering yang sudah dijemurnya berhari-hari. Api dijaga tak terlalu besar, agar kopi tidak gosong. tangannya tak henti-henti bergerak membolak-balik kopi diatas wajan dengan sutil kayu.
Peluh semakin membanjiri tubuhnya. Sudah tak dihiraukannya lagi rasa letih yang menyerang. Dia hanya memikirkan suaminya yang sudah dua hari tidak minum kopi. Dia hanya ingin suaminya bisa minum kopi buatannya malam ini.

Hampir dua jam untuk membuat biji-biji kopi diatas wajan itu berubah warna. Menghitam, dengan aroma yang khas. Setelah dingin, ditumbuknya biji-biji kopi itu di sebuah lesung batu.
“Dug” suara alu beradu dengan biji kopi dan dinding lesung batu.
“Dug dug ” Biji kopi pecah menjadi butiran kecil, iramanya memecah kesunyian.
“Dug dug dug” suaranya membangunkan serangga-serangga yang selalu bersenandung ketika matahari hendak tenggelam.

Kini suara alu, bubuk kopi dan lesung ditemani oleh nyanyian serangga. Diayaknya bubuk kopi itu, yang sudah halus dimasukkan ke dalam toples kaca, yang masih kasar ditumbuk lagi. Dilakukannya berulang-ulang sampai semua menjadi bubuk kopi halus.
Nampak sekulum senyum di bibirnya.” Selesai sudah pekerjaanku, sebentar lagi suamiku pulang, dia pasti senang bisa minum kopi kegemarannya”

Toples kaca yang penuh bubuk kopi dan sudah tertutup rapat itu dipandangi dengan rasa puas.
Diseretnya sebuah kursi tua, rupanya dia hendak menyimpan toples itu di lemari bagian atas. Tubuhnya tak begitu tinggi sehingga memerlukan kursi tua itu sebagai tumpuan. Tiba-tiba sesuatu menyergap wajahnya
“Aahhh” teriaknya.
Karena terkejut, toples kaca itu terlempar ke atas.
” Pyarrr”
Suara toples beradu dengan lesung batu yang belum sempat dikembalikan ketempatnya. Toples hancur, isinya bertebaran dilantai tanah bercampur dengan pecahan kaca.
Perempuan itu hanya terpaku
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Menyusur jalan harapan
yang dihiasi lengkung berbagai bentuk
bagaikan bola yang mental sendiri
mereka mengikuti, mengekor di belakangku

Lengkung aneka rupa
sesungguhnya mereka hanya ada dua
lengkung ke atas dan lengkung ke bawah
putih dan hitam

awal perjalanan, semua nampak hebat
lengkung ke atas pandai bersolek
memikat diriku
membuatku yakin pada arah yang kupilih

lengkung ke bawah tak mau kalah
beramai-ramai mereka berbisik
tentang duri-duri yang menancap di kakiku
mereka bilang duri itu pembuat luka

aku pasrah pada hipokondria
pada cerita tentang duriduri dan sakit yang semu
membuat aku lupa pada tujuanku
untunglah...hatiku tak lama tertipu

ah raja...siapa yang merajai hati
kan kupilih rajaku sendiri
seperti memilih jalan yang kulewati
karena aku adalah jalan hidupku

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Kupikir mendung akan menggodaku
Ternyata tidak
Mereka berlalu begitu saja, tanpa isyarat...

Menjauh, setelah disapa oleh angin
Yang derunya mengingatkanku akan gerammu,
Menakutkan

Sudahlah
Lupakan tentang mendung dan angin itu
Biar mereka cari tempat untuk berpisah

Lihatlah ke langit
Dimana mendung sempat bersemayam
Nampak bulan malu dengan pendarnya

Lihatlah terus, lihat ke langit...
Carilah bintang yang paling terang
Karena padanya kutitipkan beberapa keping rindu

Ambil dan simpanlah...
Jaga agar keping itu tak koyak
Kan kujaga pula keping rindu yang kusimpan

Bila waktunya kau pulang nanti
Kita akan bermain dengan keping- keping itu
Seperti bermain lego

Akan kita jadikan apa keping-keping rindu kita
Apakah tawa lepas membahana
Atau senyum-senyum kecil penuh kemenanangan....

Ahh...takkan bosan aku menunggumu
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Aku hanya ingin lari
Dari jenuh dan sepi
Aku terus berlari
Biarkan mata kaki pegang kendali
Aku tak akan pernah berhenti
Sampai raga tak mampu lagi

Di lembah yang dalam
Bertemu sekumpulan manusia
Kukira dapatkan teman
Ternyata hanya angan
Matanya berkilat dan bermulut panjang
Ujung mulutnya sampai ke negeri seberang
Segera kututup mata dan telinga
Tinggalkan lembah celaka

Kini kulari dengan mata hati
Sampai kudengar sorak sorai
Kubuka mata dan telinga lebar-lebar
Turut ikat si binatang liar
Terlarut dalam ungkapan makna
Sampailah aku di ujung pelarian
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
bunga…
Aku berdiri dikarang cinta kita
Di momen yang sama sebelum kita berpisah
Aku datang bernostalgia karna rindu ini semakin menyakiti
sungguh bunga…
hati ini sungguh terdera resah
dan pilu ini semakin membatu
teringat pelukanmu yang erat
Dan tangisanmu lebih deras dari hujan hari ini
*
****surya…..
terduduk memeluk sepi disini
hembusan angin mengusap-usap kerinduanku
tetes tetes hujan basahi luka
mengorek pedih
bergelimang lara
mengingat akhir kebersamaan kita,
di karang cinta, tepi pantai nan sendu…
jiwaku seakan mati tak kuasa menahan rindu
*
*bunga…
Apakah engkau sekarang menungguku..
Dibatas lautan yang membiru,
jawablah gundah ini…
Aku sekarang ada disini.
Dikarang cinta kita aku berdiri…
dihari yang sama seperti dulu
*
****surya…
kuteriakkan namamu setiap waktu
kusenandungkan lagulagu kita
kulantunkan syair cinta tentang dirimu
“dasar gila” kata mereka …tertawa…
aku pun berakhir disini, ruang kecil penuh derita
dengan jeruji yang membelenggu
*
*bunga
hujan turun deras dan semakin deras..
angin bertiup kencang dan semakin kencang..
tapi tak akan ku melangkah dari dari karang cinta kita..
sampai kurasakan pelukanmu seperti dulu..
*
****surya
pada udara yang kuhembus
kusampaikan pesan terindah untukmu
nantikan aku di pintu nirwana
bila kita tak bersua di dunia….
*
*bunga…
aku akan tetap disini…
*
****surya…
aku mencintaimu…
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Kaki telanjangku berayun terbata
Menapak pijakan tak berujung
Meriuh di putaran
Senyap di kedalaman

Mengabut sebongkah asa,
Akankah menjadi tetes-tetes bening
Hanyutkan debu jalanan
Atau lenyap bersama angin

Masih bertanya
Adakah cara untuk kembali ke awal perjalanan...
Aku rindu ghiroh nya...
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Mata itu tlah kuasah tajam dan berkilat
rengsa telah kubebat
Aku tak ingin tersendat
oleh lidah yang suka menjilat
atau mulut yang tak pernah penat
…
jejak mata sebagai pengingat
rasa yang memilin asa hingga berlipat
jangan aku kau ganggu gugat
karena ku kan melesat
sejak kutahu apa itu tekad
…
duhai hati yang terikat erat
percayalah aku tak akan hianat
pada mata yang penuh hasrat
atau bibir lumur madu yang janjikan nikmat
biarkan saja mereka berkarat…
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
malam adalah sepi
dingin
terjebak dalam beku
sendiri
…
hati berkuasa
pada jiwa yang kosong
rapuh
tenggelam di kesunyian
…
rinduku berkabut
nyata
tak terjamah
sejauh kaki melangkah
…
hadirmu serupa hujan pagi
meneteskan kerinduan
luruhkan kabut
lebur….di tanah yang basah
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
pedang itu semakin tajam setelah terasah..
rindu yang menyakiti ini telah terobati..
dan rasa itu akan terus membayangi…
disetiap seretan kaki ku melangkah pergi…
ku pikul beban hati penuh harapan agar dirimu kembali…
*
tiba-tiba hujan tertumpah dari langit yang menganga sendiri..
lalu kekasih kembali dengan tangan yang bergetar tiada henti..
dia ingin melepas rindu yang telah dia tumpuk semakin tinggi.
*
Pendar-pendar cahaya mengiring langkah kekasihku
Sebongkah cahaya dia sematkan didadaku
Dengan lembut, cahaya itu menyelinap ruang-ruang jiwa
*
“Mari sayang kita melangkah bersama cahaya…
Berikan cahayamu jika aku redup….
Aku kan selalu menerangimu jika kau dalam gelap…
Dan kita kan berbagi cahaya bila sama-sama tersesat…”
*
Melantun lirih kata-katamu menyusup kalbu…
Menopang reruntuhan asa yang sempat terserak…
Menyambung nyawa yang berhiaskan sejuta kenangan.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Apa kabar pucuk merahku
Masihkah ujungujung daunmu memerah
Mengangguk-angguk  di pagi yang sunyi
Seolah enggan melepas pelukan sang embun

Bila hilang ujung merahmu
Hilang pula pesonamu
Ah...aku tlah buatmu menderita
Meninggalkanmu...
Membiarkan debu mencengkeram urat-urat di daunmu

Dan aku disini, terpisah jarak darimu
Hanya duduk diam
Menengadah...
Menghitung kotak demi kotàk dilangit-langit
Berharap mereka adalah bulan dan tahun
Yang segera terlewati
Agar aku kembali bercengkerama denganmu
Di Setiap jelang senja
Tuk hilangkan deritamu

Ah pucuk merahku
Tunggu aku kembali
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Puisi : Pembawa Warna
Ketika baru kukenal hitam dan putih
Kau datang membawa sejuta warna
Melalui kuncup bunga yang baru mekar
atau bait indah diatas kertas merah jambu
Namun terkadang kita harus rela
Habiskan hari yang kelabu karena ego

Senandungmu lembut memanja
Membuai dan melenakanku
Walau sesekali tajam
Menyayat...
Kau telanjangi aku dengan lugas
Kau ingatkan aku akan diriku
Tapi aku tetap memujamu

Dua belas September terlewati
Bisikanmu masih selembut dulu
Pelukanmu masih sehangat dulu
Ah...aku ingin selalu begini
Aku dan kamu bak pecinta muda.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar




Puisi lemaripojok Beri aku mnemonik


Seperti udara terhempas ke dinding tebing
serasa layuh, merisik arah
Pun aku
manusia lemah
tak jarang berbuat salah
Ketika hati abaikan isyarat logika
bukan mauku
mungkin memang harus begitu
*
Beri aku mnemonik
kan kupakai sebagai azimah
biar terpatri
melekat erat laksana rajah
agar aku tak seperti cawan berlarian
saat kau isi bilik-bilik kosong dalam jiwa
atau aku akan terjerembab
terperosok
Jauh kedasar Akatalepsia
Menyisakan gurat sesal yang dalam
Semakin pedih…
hanya bisa meratap…
lalu mati
*
Beri aku mnemonik…
karena bersamamu adalah pilihan hidupku
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Newer Posts

Hi, there...I am







Retno Kusuma Wardani



Sebuah blog yang berisi tentang gaya hidup, Parenting dan Review


Menulis sebagai sarana berbagi dan


Mengasah diri



Email kerjasama : retno.kwardani17@gmail.com





IBX58BD2F062B3FE

Follow Us

  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram

Popular Posts

  • Mengubah Askes menjadi BPJS Untuk Pensiunan
  • Cara Membuat Boneka Burung Hantu dari kain Flanel
  • Tentang Mengalahkan Diri Sendiri
  • Macam-macam Istilah yang Digunakan dalam Jual Beli secara Online
  • Tampil Beda dengan Handsock dan Ciput Kesan Langsing dari IndBlack

blog kece lainnya..

  • Artadhitive
    7 Tips Istirahat Berkualitas Bagi Blogger Ala Adhi Hermawan
  • Fiksi Lizz
    [Cerbung] Wings for You #10-1
  • Catatan Kecil Liy
    Sayembara Askar (20)

Label Cloud

review cerita Resep tips travel lomba blog Fiksi parenting beauty tekno kesehatan cemilan profil Puisi tentang anak food and beverage jalan-jalan otomotif finance Curhat Ayam dan ikan Cake Donat dan roti fashion cernak home makan property Cermin Cerpen cookies hotel DIY Sambel Tahu tempe cari tahu humaniora cerkak ngalaman humor

Blog Archive

  • ►  2021 (12)
    • ►  February (7)
    • ►  January (5)
  • ►  2020 (45)
    • ►  December (4)
    • ►  November (5)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (9)
    • ►  March (2)
    • ►  February (6)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (59)
    • ►  December (1)
    • ►  November (7)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (5)
    • ►  July (6)
    • ►  June (1)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (10)
    • ►  February (5)
    • ►  January (4)
  • ►  2018 (103)
    • ►  December (7)
    • ►  November (9)
    • ►  October (8)
    • ►  September (11)
    • ►  August (8)
    • ►  July (8)
    • ►  June (6)
    • ►  May (17)
    • ►  April (7)
    • ►  March (10)
    • ►  February (7)
    • ►  January (5)
  • ►  2017 (89)
    • ►  December (3)
    • ►  November (7)
    • ►  October (7)
    • ►  September (7)
    • ►  August (11)
    • ►  July (6)
    • ►  June (11)
    • ►  May (8)
    • ►  April (9)
    • ►  March (7)
    • ►  February (6)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (88)
    • ►  December (6)
    • ►  November (7)
    • ►  October (8)
    • ►  September (8)
    • ►  August (5)
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (12)
    • ►  February (10)
    • ►  January (12)
  • ►  2015 (53)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (12)
    • ►  September (6)
    • ►  May (5)
    • ►  April (3)
    • ►  March (10)
    • ►  February (10)
    • ►  January (4)
  • ►  2014 (15)
    • ►  December (6)
    • ►  March (7)
    • ►  January (2)
  • ▼  2013 (13)
    • ▼  December (8)
      • Momentum
      • Cerita tentang Kopi
      • Duri
      • keping rindu
      • ujung pelarian
      • kisah surya dan bunga
      • samar
      • terjerat tekad
    • ►  November (5)
      • rindu hujan pagi
      • Bersama cahaya
      • pucuk merah
      • Puisi : Pembawa Warna
      • Puisi : Beri Aku Mnemonik

Followers

Member Of




blogger malang citizen


bannermemberfloral

https://www.facebook.com/groups/1949767178581022/

viva

Facebook Twitter Instagram RSS

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates