Powered by Blogger.

Pages

  • Beranda
  • tentang Retno...
  • Disclosure

lemaripojok

FIKSI | 18 September 2013 | 05:09
82
16
0
PUISI KERINDUAN VERSI MALANG WALIKAN
Sikso Sing Sinam
Saumpamane ayas duwe swiwi
Ayas kate miber meneng-menengan nang nggonane umak
Ndelok umak sing tepak rudit…
Ate tak sendenno sirahe ayas nang dodone umak, ngrasakno detak jantunge umak,
karo ngrungokno desah nafase umak..
ndelok wajahe umak, mugo-mugo awake dewe ketemu nang jero ngimpi
Ayas kate lungo tanpo bekas…
Supoyo umak kadit itreng tekone ayas
Ayas terus helum…kleberane ayas tambah enteng…ayas kilab nggowo seneng..
Kapan-kapan ayas kate teko maneh nang nggonane umak..
Saiki ate tak jogo kangen iki…
Tenan….iki sikso sing sinam
Bagi yang belum mengerti, berikut ini adalah terjemahan bebasnya :

Siksaan Yang Manis
Andai ku punya sayap
Aku akan terbang diam-diam ke tempatmu
melihatmu yang sedang terlelap….
kan kusandarkan kepalaku di dadamu, rasakan detak jantungmu
Dan dengar desah nafasmu….
Memandangi wajahmu, berharap kita bertemu dalam mimpi….
Aku akan pergi tanpa jejak
Agar kau tak menyadari kehadiranku
Dan Aku pun pulang…kepakanku semakin ringan…aku kembali membawa bahagia. ..
Suatu saat aku akan datang lagi ke tempatmu…
Kini….kan kujaga selalu rindu ini..
Sungguh ini siksaan yang manis …
Kalau masih belum mengerti juga,silahkan bertanya pada pengawas yang ada di ruangan..! :-D  :-D
Share
Tweet
Pin
Share
No comments



20 Oct 2013 | 15:33
Cerita ini mengisahkan tentang tiga orang bersaudara yaitu Atha, Aisya dan Aksa. Taksaka adalah singkatan dari ketiga nama tersebut. Atha si anak sulung berumur dua belas tahun, badannya tegap, berambut ikal dan bermata sipit. Anak kedua bernama Aisya berumur sepuluh tahun, badannya ramping, berambut lurus, dan bermata lebar, kalau tersenyum manis sekali. Sedangkan anak ketiga bernama Aksa, anak lelaki berumur sembilan tahun itu mempunyai lesung pipit, berkulit sawo matang dan bermata tajam.

Ketiga bersaudara ini tidak terpisahkan, kemanapun mereka pergi, selalu bertiga. Kebersamaan, rasa ingin tahu dan keberanian membawa mereka ke dalam petualangan yang menegangkan sekaligus mengasyikkan untuk disimak.

PETUALANGAN TAKSAKA (SERI : Bertemu ular sanca)

Burung-burung masih berkicauan, menyambut matahari yang sinarnya kian hangat. Setelah sekian lama sembunyi dibalik cakrawala dan rimbun daun yang berembun.

Tiga bersaudara, Atha , Aisya, dan Aksa masih berada di desa, menghabiskan sisa hari libur mereka di rumah nenek. " Hari ini, hari Jumat, lebih baik kalian tinggal dirumah saja" kata nenek. "Tapi nek kami ada janji dengan Mas Bayu. Kami akan pergi ke sawah".

"Bukannya nenek melarang, nanti sajalah selepas sholat Jumat kalian berangkat. Bisa puas kalian bermain-main sampai sore" ujar nenek lagi

Bibir Aisya langsung maju lima senti mendengar perkataan nenek, sambil berbisik dia berkata "Mas, sebentar lagi kan nenek ke pasar, bagaimana kalau kita berangkat saja ke sawah. kan nenek tidak mungkin tahu" "Ah jangan...nanti kita bisa kena marah" kata Atha. Bibir Aisya pun semakin meruncing. Aisya masih saja cemberut, sampai nenek benar-benar berangkat ke pasar.

"Assalamualaikum" Serentak semua menjawab "waalaikumsalam" Mas Bayu, saudara sepupu mereka datang. Wajah Aisya berseri-seri.  " Ayo mas berangkat ke sawah! "

"Tapi...." kata Aksa

"Sssttt" sahut Aisya dengan cepat, dikerjap-kejapkannya matanya ke arah Aksa agar diam. Mas Bayu sebenarnya adalah anak yg penurut, karena tidak mengetahui larangan nenek, maka dia segera mengajak ketiga anak tersebut berangkat ke sawah.

Hamparan sawah yang menguning ada di depan mata. Bukan main senangnya hati Atha, Aisya dan Aksa melihatnya. Di sebelah barat sawah terdapat sebuah gumuk atau bukit kecil yang masih ditumbuhi pepohonan yang lebat. Sawah dan gumuk dipisahkan oleh sebuah kalen dan pematang yang mengitari persawahan tersebut.

Aisya langsung berlari ke arah gubuk yang ada di tengah sawah. setelah dilihatnya banyak burung yang memakan biji padi, ditariknya tali pengusir burung. Pada tali itu diikatkan beberapa kaleng susu. Apabila tali digoyang, maka kaleng susu itu akan bersinggungan dan mengeluarkan suara yang mengejutkan burung-burung.

"Haaaaassssyyyyyaaaa" sambil menyentak tali, Aisya berteriak.

"Huuuuuusssssyyyaaa" semakin keras dan semakin bersemangat.

Aisya tertawa-tawa kegirangan, sementara Atha, Aksa dan Mas Bayu hanya mengawasi saja dari kejauhan.

Tak terasa waktu berjalan cukup lama. Atha dan Aksa sudah mulai jenuh, sementara Aisya masih asyik mengusir burung-burung.

"Coba kalian lihat!" kata Mas Bayu. Nampak ditangannya ada sebuah ranting yang di salah satu ujungnya diikaatkan kantung kresek. "bllepp..bllleeppp" begitu bunyinya ketika ranting itu di ayun-ayunkan.

Aksa tertarik, diambilnya ranting tersebut lalu dibawanya lari sepanjang pematang sawah. "bllepp..bblleep" suaranya semakin keras. Kantung kresek itu pun berkibar-kibar.

Tiba-tiba langkahnya terhenti. Wajahnya pucat pasi. Kakinya gemetaran. Didepan Aksa melingkar seekor ular sanca sebesar lengan orang dewasa. Karena panik, dikempitnya ranting kayu dengan posisi kantung kresek dibawah. Setelah berbalik arah, Aksa berlari kencang menjauhi ular tersebut.

Sambil berlari, didengarnya ada suara "sreeekk...sreekkk" dibelakangnya.

"Pasti ular itu mengejarku" pikirnya.

Aksa berlari semakin kencang, tapi suara itu juga semakin keras dan mengikutinya.

"Tolooong...tolong..aku dikejar ular sanca" teriaknya ketakutan. karena tidak berhati-hati, Aksa tersandung dan jatuh terjerembab. Lutut dan sikunya baret-baret tergores tanah pematang yang keras.

Atha, Mas Bayu dan Aisya segera berlari menghampiri. Namun ketiganya tidak melihat ada ular sanca.

Melihat lutut dan Siku Aksa yang luka, Mas Bayu segera mengambil tunas daun pisang yang ada di sekitar situ. Dioles-oleskannya getah tunas daun pisang tersebut pada luka Aksa.

"Sudah, nggak apa-apa cuma luka kecil, sebentar lagi juga sembuh " kata Mas Bayu

"Kenapa diberi getah mas" tanya Aisya

"Getah daun pisang yang masih muda itu seperti antiseptik, jadi kuman tidak akan menempel pada luka itu"

"Oooo begitu" jawab ketiga anak itu hampir bersamaan

Sambil meringis kesakitan, Aksa berkata "Tadi aku bertemu ular sanca, di pematang sebelah sana" katanya sambil menunjuk ke suatu tempat.

"Aku langsung lari ketakutan, tapi rupanya ular itu mengejar aku, karena kudengar suara ' sreeek..sreek' dibelakangku" lanjutnya lagi.

"Biar kulihat" kata mas Bayu. "jangan mas, berbahaya"teriak Atha. tapi Mas Bayu sudah terlanjur lari ke arah yang ditunjuk oleh Aksa.

Sejurus kemudian, dia kembali sambil membawa sesuatu. "Apa itu?" Aisya bertanya.

Mas bayu meletakkan batang pisang sebesar lengan orang dewasa di depan ketiga anak tersebut. Karena sudah layu dan hampir membusuk, batang pisang tersebut dengan mudah di tekuk maupun diletakkan melingkar. Kalau dilihat sekilas, memang mirip ular.

"Ini yang kau sebut ular?" tanyanya sambil tertawa.

"Lalu suara yang menegejarku tadi suara apa?" Aksa kebingungan.

"Suara itu dari kantung kresekmu ....terseret-seret, makanya semakin kamu lari kencang, suaranya juga semakin keras" jelas Mas Bayu.

"Hahahahahahaaaa" keempat anak itu tertawa terbahak-bahak setelah menyadari apa yang terjadi.

"Gara-gara mbak Ai sih..." kata Aksa.

"Lho kok aku?" tanya Aisya bingung. "Coba tadi menurut perkataan nenek, pasti aku tidak jatuh dan jadi bahan tertawaan seperti ini" jawab aksa sambil bersungut-sungut.

"Maksud kalian apa?" Mas Bayu kebingungan. Setelah mendengar penjelasan Aksa, mas Bayu berkata " Benar-benar kalian ini...benar-benar minta dimarahi...ayo pulang sekarang! "

Liburan di desa selalu menyenangkan, karena setiap hari adalah petualangan.

NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community
Share
Tweet
Pin
Share
No comments



Cerita ini mengisahkan tentang tiga orang bersaudara yaitu Atha, Aisya dan Aksa. Taksaka adalah singkatan dari ketiga nama tersebut. Atha si anak sulung berumur dua belas tahun, badannya tegap, berambut ikal dan bermata sipit. Anak kedua bernama Aisya berumur sepuluh tahun, badannya ramping, berambut lurus, dan bermata lebar, kalau tersenyum manis sekali. Sedangkan anak ketiga bernama Aksa, anak lelaki berumur sembilan tahun itu mempunyai lesung pipit, berkulit sawo matang dan bermata tajam.

Ketiga bersaudara ini tidak terpisahkan, kemanapun mereka pergi, selalu bertiga. Kebersamaan, rasa ingin tahu dan keberanian membawa mereka ke dalam petualangan yang menegangkan sekaligus mengasyikkan untuk disimak.

PETUALANGAN TAKSAKA

SERI : Boneka flannel Vinni

Liburan sekolah telah usai, kini saatnya kembali ke rumah. Kembali ke sekolah, bertemu dengan teman-teman dan mengerjakan tugas dari sekolah. Demikian juga dengan Atha, Aisya dan Aksa, setelah menghabiskan liburan di rumah nenek yang letaknya di desa.

Hari itu seperti biasa, setelah pulang sekolah Atha dan Aisya beristirahat dirumah. Atha sibuk membaca buku, sementara Aisya sedang membuat boneka dari kain flanel. Sedangkan Aksa sudah dijemput oleh Adi dan mamanya untuk mengerjakan tugas prakarya di rumah Adi. Aksa berangkat setelah pulang sebentar untuk makan dan mengambil baju untuk mengaji.

Boneka yang dibuat Aisya berbentuk kura-kura yang lucu. Karena kain flanelnya kurang, salah satu kaki boneka tersebut memiliki warna yang berbeda dengan kaki lainnya.

"Hahaha....mana ada boneka kura-kura yang warna kakinya nggak sama kayak gitu" Atha mentertawakan adiknya. "Biarin...aku sudah janji akan memberi boneka pada Vinni hari ini" jawab Aisya.  "Besok kalau sudah dibelikan kain flanel lagi, Vinni akan kubuatkan yang lebih bagus" sahut Aisya lagi.

"Nah sudah jadi, aku akan ke rumah Vinni dulu" kata Aisya sambil berlari ke rumah Vinni. Sampai di rumah Vinni, suasana sepi karena kedua orang tuanya bekerja. Vinni diumah hanya ditemani mbok Yem, yang mengasuh Vinni sejak masih kecil.

"Vin, ini bonekanya". Aisya menyerahkan boneka itu. "aih lucu sekali, terimakasih ya Aisya". Vinni kemudian memasang boneka yang sudah diberi gantungan tersebut pada resleting tas laptop yang ada di dekatnya.

Di luar pagar rumah Vinni nampak seorang perempuan berpakaian rapi. Nampak  mata perempuan tesebut menyapu jalan dan sekeliling rumah, Aisya merasa aneh melihat gelagat wanita itu. Tiba-tiba wanita itu berkata dengan nada suara yang dibuat-buat. "Mbok, tadi saya disuruh ibu untuk mengambil laptop. katanya mau dipakai di kantor" kata perempuan itu. "tapi tadi ibu tidak berpesan apa-apa sama saya" kata mbok Yem bingung. "Saya telepon dulu ya" lanjut mbok Yem. " Tidak usah telepon, ibu tidak mau ditelepon. Ibu berpesan demikian karena sedang rapat dengan pimpinan" kata perempuan itu semakin meyakinkan.

Akhirnya laptop berikut tas dan boneka dari Aisya berpindah tangan ke perempuan itu, dia kemudian berpamitan. Perasaan mbok Yem tidak enak, kemudian dia menelpon ibu Vinni, ternyata beliau tidak menyuruh siapapun untuk mengambil laptop.

--------

Sore harinya, Atha dan Ai menjemput Aksa di rumah Adi sekaligus berangkat mengaji. Rumah Adi ada di Perumahan yang berbeda, namun jaraknya tidak terlalu jauh. Dengan menaiki sepeda masing-masing, mereka berangkat.

Kedua anak tersebut melewati pos satpam di perumahan tempat tinggal Adi. Setelah menjemput Aksa, ketiganya menuju ke tempat mengaji. Aksa dibonceng oleh Atha. Masih di dalam perumahan tempat tinggal Adi, ketika mereka melihat perempuan naik sepeda motor yang dikendarainya perlahan. Aisya nampak tak asing dengan perempuan tersebut. Tapi Aisya lupa siapa dia. Tiba-tiba Atha menghentikan sepedanya.

"Bonekamu, ya itu tadi boneka flanelmu menyembul dari tas perempuan yang baru saja lewat" kata Atha. Ai tiba-tiba teringat sesuatu. "Sini" kata Atha, lalu dia berbisik-bisik, diikuti anggukan kepala kedua adiknya.

Dua sepeda yang dinaiki ketiga anak tersebut berputar arah. Atha mengayuh sepedanya dengan cepat, diikuti Aisya. Kayuhannya dipercepat ketika melihat perempuan bersepeda motor tadi. Disalipnya perempuan itu....tiba-tiba laju sepedanya agak berbelok ke kiri, sehingga menghadang jalan sepeda motor tersebut. Setelah agak oleng, sepeda Atha berhenti tiba-tiba. Hampir saja Atha dan Aksa terjatuh dari sepeda. Karena jaraknya terlalu dekat, motor juga ikut berhenti, sementara itu mata Aisya melirik tas. Setelah mendapat kode dari Aisya, Atha berkata pada perempuan itu "Maaf tante, sepeda saya oleng". "Iya ,tidak apa-apa dik" jawab wanita itu sambil buru-buru menstarter sepeda motornya.

"Bagaimana Ai, bagianmu beres?" tanya Atha " sipp" jawab Aisya. lalu Atha menoleh ke arah Aksa "Tugasmu Aksa?" . "beres" jawab Aksa. "ayo cepat kita ke pos satpam" seru Atha. Ketiganya menuju ke pos satpam.

Dengan nada suara yang tegas dan gaya yang meyakinkan, ketiga anak tersebut menceritakan kejadian yang baru dialaminya pada Pak Satpam. Atha menjelaskan tentang kejadian yang menimpa Vinni, Ai menjelaskan tentang boneka dari kain Flanel yang dia lihat di tas perempuan itu. Sedangkan Aksa, memberikan nomor kendaraan perempuan tersebut. Nampak kedua Satpam mengangguk-angguk mendengar penjelasan ketiga anak itu.

"OK dik, saya akan menelpon teman saya yang ada di pos satpam bagian belakang" kata pak Satpam yang lebih kurus. Ketiga anak tersebut menunggu dengan harap-harap cemas, apa yang akan terjadi selanjutnya.

Setelah beberapa saat telepon di ruang satpam berdering. Pak satpam nampak berbicara serius, sambil sekali-kali mengangguk, kemudian senyumnya mengembang.

"Kecurigaan kalian terbukti anak-anak, perempuan yang kalian ceritakan tadi sudah diamankan teman bapak" kata pak satpam tersebut. "Sekarang, masih di pos satpam pintu belakang menunggu polisi datang untuk diproses lebih lanjut" lanjut pak satpam itu lagi.

"Alhamdulillah.." kata ketiga anak itu. "Wah nggak sia-sia aksiku tadi...ngebut sampai ngepot-ngepot" kata Atha sambil tertawa. Semua orang yang mendengarnya turut tertawa.

"Bapak ucapkan terima kasih pada kalian, aksi kalian tadi sungguh berani, kami salut pada kalian" kata salah satu pak satpam itu. "Ah Bapak terlalu berlebihan, kami hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan" jawab Atha merendah. " Boleh kami permisi pak? sudah sore, kami masih harus mengaji" pamit Atha. " oh ya silahkan, tapi sebelumnya bapak minta alamat kalian, siapa tahu suatu saat dibutuhkan polisi saat menyerahkan barang bukti".

Setelah selesai menuliskan alamat, ketiganya meninggalkan pos satpam tersebut. Sepanjang perjalanan tak habis-habisya mereka membicarakan peristiwa yang baru terjadi. "yang aku heran, kenapa perempuan tadi kok tidak mengenali mbak Ai ya...padahal kan sudah bertemu di rumah Vinni" kata Aksa. "Tadi mbak ai pakai baju santai di rumah, sekarang udah ganti baju" jawab Ai. "Ooooooooooo" jawaban Aksa panjang sekali sampai membuat kedua kakaknya tertawa terbahak-bahak.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments



Cerita ini mengisahkan tentang tiga orang bersaudara yaitu Atha, Aisya dan Aksa. Taksaka adalah singkatan dari ketiga nama tersebut. Atha si anak sulung berumur dua belas tahun, badannya tegap, berambut ikal dan bermata sipit. Anak kedua bernama Aisya berumur sepuluh tahun, badannya ramping, berambut lurus, dan bermata lebar, kalau tersenyum manis sekali. Sedangkan anak ketiga bernama Aksa, anak lelaki berumur sembilan tahun itu mempunyai lesung pipit, berkulit sawo matang dan bermata tajam.
Ketiga bersaudara ini tidak terpisahkan, kemanapun mereka pergi, selalu bertiga. Kebersamaan, rasa ingin tahu dan keberanian membawa mereka ke dalam petualangan yang menegangkan sekaligus mengasyikkan untuk disimak.
PETUALANGAN TAKSAKA
SERI : GUBUK DI LERENG BUKIT
Harum bunga kopi menyebar tertiup angin yang lembut. Kabut mulai menipis dan sang surya dengan malu-malu mulai menampakkan sinarnya. “ ayo bangun, sholat dulu!” suara Atha memecah sepi, membangunkan Aksa yang masih terlelap. “ayo dik...bangun sebelum mas Bayu datang, kita harus sudah siap” kata Atha lagi. Mas Bayu adalah kakak sepupu mereka. Hari ini adalah hari kedua liburan di rumah nenek. Mas Bayu berjanji akan mengajak ketiga anak tersebut untuk berjalan-jalan keliling desa.
Atha dan Aksa segera bangun. Setelah mandi dan sholat subuh, kedua anak tersebut langsung menuju dapur. Ternyata Aisyah sudah bersama nenek di dapur untuk menyiapkan sarapan. “diminum dulu teh nya anak-anak, mumpung masih hangat” kata nenek dengan penuh kasih sayang. “iya nek, dingin sekali disini. Minum teh hangat di suasana seperti ini sangat cocok, terima kasih ya nek” Kata Aksa.
Sesaat setelah sarapan, mas Bayu datang ke rumah nenek. Usia mas Bayu tiga tahun lebih tua daripada Atha, tubuhnya tinggi, berkulit gelap tapi bersih. Ketiga anak itu sangat senang pada mas Bayu, karena pemberani dan pintar. “adik-adik, bagaimana...jadi berangkat sekarang?” tanya mas Bayu. “jadi dooong” jawab ketiga anak itu serempak.
“Ayo salim dulu sama nenek” kata mas Bayu.” Nek, berangkat dulu ya..Assalamualaikum” Pamit mas Bayu pada nenek. “waalaikum salam” jawab nenek.
Rumput masih basah oleh embun, ketika keempat anak itu berjalan menyusuri jalanan desa. Udara sangat sejuk, ditambah lagi wangi bunga kopi menambah nikmat suasana pagi itu. Jalanan desa sudah mulai ramai oleh penduduk desa yang berangkat ke kebun maupun ke sawah. “ kita mau jalan-jalan kemana mas bay?” tanya Aisya. “ah nanti juga tahu...” kata mas Bayu penuh rahasia.
Mas Bayu lalu mengajak ketiga anak itu melewati jalan setapak, jalan tanah itu dikelilingi pepohonan yang rimbun. “ Waduh...jalannya makin lama makin nanjak” kata Aksa, “iya mas...pelan-pelan dong, masih pagi nih buru-buru amat” Bibir Aisya mengerucut, maklumlah dia berjalan paling belakang dan sering ketinggalan.
Makin lama jalan yang dilewati semakin menanjak dan sempit. “Di ingat-ingat jalan yang sudah dilewati, siapa tahu kita nanti terpisah, jadi kalian bisa pulang sendiri” kata Mas Bayu. “Tenang aja mas, ingatanku kuat kok” jawab Atha.
Akhirnya perjalanan mereka sampai di puncak bukit. Pepohonan sudah tidak serapat sepanjang perjalanan. “Coba kalian tengok ke arah selatan” kata mas Bayu. “wow ada laut” teriak Aksa. “Ya, itu adalah pantai selatan, sedangkan laut yang luas itu adalah Samudera Hindia” Mas Bayu menjelaskan. “wah kalau kita naik perahu terus ke arah selatan, kita sampai di Australia dong” kata Atha. “Yee...mas Atha ...ngapain ke Australia naik perahu, naik pesawat aja lebih enak, cepet lagi” kata Aksa. Semua pun tertawa mendengar kata-kata Aksa, cuma Atha yang menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “iya..ya...” katanya.
Keempat anak itu asyik mengobrol di puncak bukit, sambil bersenda gurau dan memakan bekal yang dibawakan nenek. “Mas nama bukit ini apa?” tanya Aisya. “Namanya bukit Gober” kata mas Bayu
“Namanya kok aneh, artinya apa?” tanya Atha
“Oh itu ada ceritanya” kata mas Bayu. ”Sini kalian mendekat padaku, biar aku ceritakan” tambah mas Bayu lagi. Keempat anak itu pun saling mendekat.
Dengan suara yang sangat pelan, mas Bayu bercerita ” konon katanya di gunung ini dihuni oleh naga terbang, naga dalam bahasa jawa disebut nogo, sedangkan terbang dalam bahasa jawa miber. Jadi kalau disingkat namanya jadi gober.Nogo miber. Katanya, Naga itu adalah peliharaan seorang kakek yang pernah tinggal di bukit ini”
“Kok ceritanya sambil berbisik-bisik mas?” tanya Atha
“Sssttt...kata orang-orang, naga itu kadang masih terlihat terbang mengitari bukit ini’’ jawab mas Bayu.’’Masa sih?...aduuhh...pulang aja deh,aku takut kalau ketemu naga” kata Aisyah sambil merengek. ” Iya sebentar lagi” sahut mas Bayu sambil mencari tempat yang agak lapang. Ditempat yang terkena sinar matahari, mas Bayu berdiri . Setelah menghadap ke utara, mas Bayu lalu membuat lingkaran di tanah. Kemudian ditancapkannya sebuah ranting di tengah lingkaran itu.
“Ssttt mas bayu sedang apa?” Tanya Aksa sambil berbisik kepada Atha. “Aku juga tidak tahu dik” jawab Atha sambil berbisik pula. “Jangan-jangan mas Bayu sedang memanggil naga?” tanya Aisya sambil ketakutan
“Sudah...ayo sekarang ikut mas Bayu” suara mas Bayu yang keras mengagetkan ketiga anak yang sedang ketakutan itu. “mas Bayu tadi ngapain? Tanya Atha. “Ritual memanggil naga” jawab mas Bayu sambil tersenyum. Saking takutnya, ketiga anak tersebut tidak sempat mengartikan senyum mas Bayu.
Dengan berjalan cepat, mas Bayu menuruni bukit ke arah yang berlawanan dengan kedatangan mereka. Tiba-tiba saja mas Bayu berhenti. ”Sstt jangan berisik, kalian tunggu disini” kata mas Bayu. Tak jauh dari tempat anak-anak itu berhenti, nampak sebuah gubuk tua. Mas Bayu berjalan perlahan-lahan ke arah gubuk tua itu. Ketiga bersaudara itu semakin ketakutan ditinggal mas Bayu.”jangan-jangan ini rumah kakek yang punya naga” kata Aksa ketakutan “mungkin juga, rumahnya nampak seram” kata Aisya. Ketiganya makin dicekam rasa takut.
“Nduk, le kalian sedang apa disini?” sebuah suara tiba-tiba terdengar dari arah belakang mereka” serempak ketiganya menoleh ke belakang. Nampak seorang kakek tua, badannya kurus, mengenakan topi pak tani yang sudah usang. Dengan baju yang kebesaran mirip orang-orangan sawah, berdiri tepat di belakang mereka. Ditangannya memegang sebuah boding. Sontak ketiganya kaget setengah mati dan tanpa dikomando ketiganya lari sekencang-kencangnya ke arah rumah nenek.
Setelah keluar dari jalan setapak, barulah mereka berjalan kaki, nafas mereka memburu setelah lari terpontang-panting. Sambil terngah-engah Aisya berkata ”Mana mas Bayu?”
“Bagaimana ini, mas Bayu ketinggalan...”Aksa berkata dengan cemas.
“Berhenti dulu! Kita istirahat sebentar, sambil memikirkanapa yang akan kita lakukan selanjutnya ” Atha mengkomando kedua adiknya. “Kalau nenek menanyakan mas Bayu, kita mau jawab apa?”. Tanya Aisya. “jangan-jangan mas Bayu, ditawan oleh kakek tua tadi” Aksa menyahut.
Setelah beberapa saat ketiganya terdiam, memikirkan langkah apa yang akan mereka ambil selanjutnya. Sebagai anak paling besar, Atha merasa bertanggung jawab telah meninggalkan mas Bayu sendirian. “Sudahlah, sekarang kita pulang dulu ke rumah nenek. Kita ceritakan kejadian sebenarnya kepada nenek. Jadi, kalau terjadi apa-apa dengan mas Bayu, dapat segera tertolong” Atha mengambil keputusan.
Dengan lunglai ketiganya berjalan pulang. Sesampai di rumah nenek, mata Aisya sudah berkaca-kaca karena bingung memikirkan keberadaan mas Bayu. Melihat ketiganya pulang tanpa Bayu, ditambah lagi wajah yang kusut masai membuat nenek keheranan. “Apa yang terjadi? Kenapa wajah kalian kusut seperti itu? Mana mas Bayu?” berondongan pertanyaan nenek membuat ketiganya bertambah kalut. Ingin menjawab tapi tak tahu harus mulai darimana. Tangis Aisya hampir pecah.
“Assalamualaikum” tiba-tiba terdengar suara salam. “waalaikumsalam” keempatnya menjawab secara serentak sambil menoleh ke arah sumber suara. “Mas Bayu!!!” teriak Aisya kegirangan.
Dari pintu depan, muncul mas Bayu dengan tangan kanan menenteng bungkusan dan tangan kiri membawa sapu lidi. “ duh kalian bertiga ini, kenapa aku ditinggal?” keluh Bayu. “ Mas Bayu, tidak apa-apa kan?” tanya Aisya. “Tidak apa-apa sih iya, tapi tadi sempat bingung mencari kalian. Untung kek Darmin cerita kalau bertemu tiga orang anak yang langsung lari tunggang langgang begitu bertemu beliau”
“Jadi mas Bayu kenal dengan kakek yang tadi?” tanya Aksa
“Ya kenal lah..., oh ya nek dapat salam dari nek Darmin, beliau juga menitipkan thiwul dan gathot ini untuk nenek” kata Bayu. “Alhamdulillah dapat rejeki, makasih yo le” nenek tersenyum gembira sambil menerima bungkusan dari mas Bayu.
“Terus, mas Bayu dapat sapu lidi ini darimana?” tanya Aksa dengan nada masih penasaran. “Kakek dan nenek Darmin itu pekerjaannya membuat sapu lidi, kebetulan aku disuruh ibuku untuk mengambil pesanan sapu lidi di rumah Kek Darmin, makanya kalian tadi aku ajak ke lereng bukit...” jelas mas Bayu panjang lebar.
“ Jadi...kakek yang tadi itu bukan kakek yang punya peliharaan naga?” tanya Aisya dengan lugu. “Aduhgenduuukkk....cerita naga itu cuma legenda. Sudah tidak ada lagi di jaman sekarang” jawab mas Bayu sambil tertawa.
“Tadi di puncak bukit, mas Bayu melakukan ritual apa hayooo?” tanya Atha, “yang mana?” Bayu kebingungan. “Mas Bayu jongkok, terus membuat lingkaran yang ditengah-tengahnya ditancapi ranting” jawab Aksa. “Ooo itu...itu bukan ritual, tapi mas Bayu lihat jam hehehe” Bayu menjawab pertanyaan Aksa sambil tertawa.
“maksudnyaaaaa?” tanya ketiga anak itu hampir bersamaan. “Kalau kalian keluar rumah dan lupa tidak bawa jam, coba deh cari tempat yang terkena sinar matahari”
“terus?”
“hadaplah ke utara, anggap arah utara itu angka dua belas, arah selatan sebagai angka enam, nah sekarang kalian lihat bayang-bayang tubuh kalian menunjuk ke angka berapa” Bayu menjelaskan dengan detail. “ooo...aku kira mas bayu tadi betul-betul memanggil naga” kata Atha sambil tertawa malu. “kan tadi mas bayu bilang kalau upacara memanggil naga sambil senyum, maksudnya ya bercanda”jawab Bayu. “saking takutnya, sampai tadi gak kepikiran kalau mas bayu sedang bercanda hahahaha....” keempat anak itupun tertawa terbahak-bahak mengingat kekonyolan yang mereka lakukan. “jadi malu sendiri, apalagi kalau ketemu Kek Darmin lagi...mau ditaruh dimana mukaku ini” kata Atha. “Makanya kalau melihat orang, jangan melalui penampilannya saja hahaha” kata Bayu.
“Anak-anak...ayo dimakan thiwul sama gathotnya, sudah ditambah parutan kelapa, garam dan gula, pasti kalian suka” seru nenek sambil membawa nampan berisi dua piringgathot dan thiwul. Tanpa pikir panjang lagi keempat anak itu pun melahap habis gathot dan thiwul pemberian Kakek dan Nenek Darmin.
Liburan di desa selalu menyenangkan karena setiap hari penuh petualangan yang menegangkan dan tak terduga.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Menyeduh kopi
yang kuminum sendiri
selalu ada rasa pahit
dari yang termanis sekalipun

mencecap manis dari pahitmu
merubah ratapan jadi tangisan
senyum menjadi tawa
meretas semangat

apa yang tersisa darimu
aku sungguh membencinya
merusak ritme
mengacaukan

namun dalih tak terelakkan
walau hanya bercumbu dengan aroma
Aku nikmati
Hirup kepahitan...




Share
Tweet
Pin
Share
No comments
"Hilal, PR matematika kamu sudah selesai kau kerjakan?" Tanya Adam pada teman sebangkunya, Hilal. "Sudah dong, kemarin sepulang sekolah langsung aku kerjakan," Jawab Hilal. "Punyaku masih utuh, belum aku kerjakan. Kemarin sempat kulihat-lihat, sepertinya sulit." Adam berkata dengan kurang semangat. "Nah...itu dia sebabnya, kenapa PRnya kelihatan sulit. Belum mengerjakan aja, sudah bilang sulit hehehe..."timpal Hilal sambil tertawa. Adam hanya tersenyum kecut.

Adam adalah teman Hilal semenjak keduanya sekolah TK. Dan kini bersekolah di SD yang sama. Kebetulan juga mereka selalu satu kelas sejak kelas satu sampai sekarang kelas empat. Tak heran kalau keduanya menjadi teman akrab dan duduk sebangku.

"Memangnya kamu bisa mengerjakan PR matematika itu?" Tanya Adam dengan penasaran. "Bisa dong, buktinya sekarang sudah selesai walaupun besok baru dikumpulkan" jawab Hilal. "Kamu kerjakan sendiri?" Adam masih penasaran. "Mmm... enggak sih, aku dibantu bundaku."

"Ah enaknya kamu, ada bundamu yang bantu mengerjakan PR" Kata Adam sambil menunduk.

"Iya dong... bundaku pintar lho, kalau aku tanya apa saja pasti tahu jawabannya," jawab Hilal.

"Wah asyik dong" sahut Adam.

Diam diam dalam hati Adam ada rasa iri menyelinap. Dia iri pada Hilal yang bundanya selalu ada untuk Hilal, belajar bersama, bercerita, bahkan bermain bersama.

Pernah pada suatu hari Adam datang ke rumah Hilal untuk mengembalikan buku. Dari teras rumah terdengar tawa riuh rendah. Rupanya Hilal sedang bermain perang perangan dengan Ikram adiknya. Kedua kakak beradik itu mengenakan topeng yang terbuat dari karton bekas susu. Kata Hilal topeng itu dibuatkan oleh bundanya. Hilal dan Ikram bertugas mewarnai dengan krayon. Adam teringat akan topengnya di rumah, dibelikan mama dua minggu yang lalu. Topeng yang jauh lebih bagus dari milik Hilal, tapi Adam tidak pernah merasakan kebahagiaan saat memainkannya. Seperti kebahagiaan Hilal yang nampak dari tawa lebar dan peluhnya yang bercucuran karena asyik bermain.

Mama Adam adalah karyawati di sebuah perusahaan swasta. Sebenarnya, Adam rela meskipun mama bekerja, asalkan ada waktu untuk dirinya dan adiknya, Athia. Tapi mama terlalu sibuk. Jangankan bermain bersama, bertemu saja jarang.

Adam juga ingin merasakan suasana rumah yang hangat seperti di rumah Hilal. Tiba-tiba sebuah ide terlintas di kepala Adam."Hilal, bolehkah aku ikut belajar bersama di rumahmu? Akhir-Akhir ini aku agak kesulitan memahami pelajaran." Adam beralasan. Sebenarnya Adam hanya ingin merasakan kehangatan dan perhatian seperti yang dirasakan Hilal. Sesuatu yang tidak terpikirkan oleh mamanya.

"Boleh saja, kapan mulainya? Nanti aku bilang sama bundaku" jawab Hilal. Hampir terlonjak Adam mendengar jawaban Hilal, dengan cepat dia menjawab "Nanti sore ya, tunggu aku dirumahmu!"

Perasaan Adam campur aduk antara sedih dan gembira. Sedih bila mengingat rumahnya yang selalu sepi dari gelak dan tawa canda. Dan gembira, karena sebentar lagi dia akan merasakan juga suasana rumah yang kekeluargaan, meskipun bukan di rumahnya sendiri.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments


"Ma... boleh ya?"

"Apa sayang?"

"Aku mau beli mobil Tamiya lagi, boleh kan ma?"

"Bukannya mas Atha tadi sudah beli?"

"Iya sudah dua kali... tapi sudah rusak semuanya ma..." Atha mulai merajuk. Mama yang mendengar perubahan nada suara anaknya hanya tersenyum.

"Lho... kalau uangnya dipakai untuk beli mainan semua, nanti tidak jadi beli es krim." sahut mama. Atha hanya terdiam. 

Sebenarnya dia juga ingin membeli es krim, tapi mobil tamiyanya rusak. Sedangkan uang sangu dari pakde yang datang tempo hari, hanya cukup untuk beli salah satunya. Pikirannya menimbang-nimbang, antara beli es krim atau beli Tamiya.

"Aku akan beli tamiya lagi ah... nanti beli eskrimnya minta uang sama mama," pikir Atha.

Mama menyeka peluh yang menetes di wajahnya. Melihat mama yang terlihat lelah, Atha jadi tidak tega. Sudah setahun ini mama berjualan kue, terkadang juga menerima pesanan. Meskipun capek karena banyak pesanan, mama mengerjakan sendiri semua pesanan itu. "Untuk menjaga kualitas, lagipula kalau dikerjakan sendiri keuntungannya lebih banyak," begitu kata mama.

"Hufftt..." Atha menarik nafas panjang. Ayahnya bekerja di luar kota dan pulang setiap akhir pekan. Menunggu ayah akan terasa lama, karena hari ini masih hari Selasa. 

Dilihatnya lagi dua mobil tamiya itu. Yang berwarna merah rusak karena pengait antara motor penggerak dan badan mobil patah. Atha sudah mencoba memperbaiki dengan merekatkan kembali menggunakan lem besi. Tapi karena penampangnya terlalu kecil, pengait itu tidak bisa disambung. Sedangkan yang Hijau, semuanya utuh hanya motornya yang tiba- tiba berhenti tidak mau menyala. Sudah dicobanya dengan mengganti baterai, tapi hasilnya nihil. Motor penggeraknya sudah benar-benar rusak. Mungkin rusak karena sempat terjatuh.

Mama berjalan ke arah garasi sambil menjinjing container plastik berisi kue. "Tunggu dirumah sebentar ya... jangan kemana-mana. Mama mau mengantarkan kue pesanan tante Zahra. Nanti kalau adik bangun, bilang saja kalau mama sebentar lagi pulang." kata mama sambil bergegas.

"Oh ya...nanti kalau mama sudah pulang, boleh mama lihat tamiyanya? Siapa tahu mama bisa membetulkan, mama berangkat dulu. Assalamualaikum." lanjut mama.

"Waalaikumsalam," jawab Atha. "Mama mau membetulkan tamiyaku? Memangnya mama bisa?" pikir Atha. Tiba-tiba terdengar suara adik yang bangun tidur dan memanggil mama. Segera dihampirinya sang adik, dia ajak bermain agar tidak merengek mencari mama lagi.

Karena asyik bermain, tanpa disadari oleh Atha, mama sudah datang dari mengantarkan pesanan kue.

"Mas Atha, mana tamiya yang rusak? Biar mama lihat, siapa tahu bisa dibetulkan." kata mama. "Mama nggak capek?" tanya Atha. "Cuma sedikit." jawab mama sambil tersenyum.

Atha menjelaskan kerusakan mobil tamiya itu kepada mama. Tak lupa dia jelaskan juga usahanya dalam memperbaiki mainan itu. Mama mengangguk-angguk mendengar penjelasan Atha. Dengan terampil, mama melepas motor penggerak di kedua mainan itu. Kemudian motor dari mobil merah, dipasangkan ke mobil tamiya hijau.

Atha tertegun melihat apa yang dilakukan mama. Tak pernah terpikir olehnya menukar motor dari kedua mainannya itu agar bisa digunakan. 

"Tarrraaa... sudah selesai, sekarang coba nyalakan!" kata mama. Atha meraih mobil mainannya kemudian ditekannya tombol "on" . Tiba-tiba roda mainan itu berputar dengan kencang.

Atha memeluk mama sambil mengucapkan terima kasih. Berkat ketrampilan mama, kini mobil tamiyanya bisa digunakan lagi. Dan Atha masih bisa beli es krim tanpa meminta uang kepada mama.

Catatan :
Kata yang dicetak miring : sangu dan container
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Hi, there...I am







Retno Kusuma Wardani



Sebuah blog yang berisi tentang gaya hidup, Parenting dan Review


Menulis sebagai sarana berbagi dan


Mengasah diri



Email kerjasama : retno.kwardani17@gmail.com





IBX58BD2F062B3FE

Follow Us

  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram

Popular Posts

  • Mengubah Askes menjadi BPJS Untuk Pensiunan
  • Cara Membuat Boneka Burung Hantu dari kain Flanel
  • Tentang Mengalahkan Diri Sendiri
  • Tampil Beda dengan Handsock dan Ciput Kesan Langsing dari IndBlack
  • Macam-macam Istilah yang Digunakan dalam Jual Beli secara Online

blog kece lainnya..

  • Artadhitive
    7 Tips Istirahat Berkualitas Bagi Blogger Ala Adhi Hermawan
  • Fiksi Lizz
    [Cerbung] Wings for You #10-1
  • Catatan Kecil Liy
    Sayembara Askar (20)

Label Cloud

review cerita Resep tips travel Fiksi lomba blog beauty parenting tekno cemilan profil Puisi tentang anak food and beverage kesehatan jalan-jalan otomotif finance Curhat Ayam dan ikan Cake Donat dan roti fashion cernak makan property Cermin Cerpen home cookies hotel DIY Sambel Tahu tempe cari tahu humaniora cerkak ngalaman humor

Blog Archive

  • ►  2021 (5)
    • ►  January (5)
  • ►  2020 (45)
    • ►  December (4)
    • ►  November (5)
    • ►  October (2)
    • ►  September (3)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (3)
    • ►  May (2)
    • ►  April (9)
    • ►  March (2)
    • ►  February (6)
    • ►  January (5)
  • ►  2019 (59)
    • ►  December (1)
    • ►  November (7)
    • ►  October (5)
    • ►  September (4)
    • ►  August (5)
    • ►  July (6)
    • ►  June (1)
    • ►  May (6)
    • ►  April (5)
    • ►  March (10)
    • ►  February (5)
    • ►  January (4)
  • ►  2018 (103)
    • ►  December (7)
    • ►  November (9)
    • ►  October (8)
    • ►  September (11)
    • ►  August (8)
    • ►  July (8)
    • ►  June (6)
    • ►  May (17)
    • ►  April (7)
    • ►  March (10)
    • ►  February (7)
    • ►  January (5)
  • ►  2017 (89)
    • ►  December (3)
    • ►  November (7)
    • ►  October (7)
    • ►  September (7)
    • ►  August (11)
    • ►  July (6)
    • ►  June (11)
    • ►  May (8)
    • ►  April (9)
    • ►  March (7)
    • ►  February (6)
    • ►  January (7)
  • ►  2016 (88)
    • ►  December (6)
    • ►  November (7)
    • ►  October (8)
    • ►  September (8)
    • ►  August (5)
    • ►  July (3)
    • ►  June (5)
    • ►  May (6)
    • ►  April (6)
    • ►  March (12)
    • ►  February (10)
    • ►  January (12)
  • ►  2015 (53)
    • ►  December (1)
    • ►  November (2)
    • ►  October (12)
    • ►  September (6)
    • ►  May (5)
    • ►  April (3)
    • ►  March (10)
    • ►  February (10)
    • ►  January (4)
  • ▼  2014 (15)
    • ►  December (6)
    • ▼  March (7)
      • Sikso sing sinam
      • [FFA] Petualangan Taksaka (Seri: Bertemu Ular Sanca)
      • [FFA] Petualangan Taksaka (Boneka Flannel Vinni)
      • [FFA] Petualangan Taksaka (Gubuk di Lereng Bukit)
      • kopi pahit
      • Izinkan aku merasakan juga
      • Tangan Ajaib Mama
    • ►  January (2)
  • ►  2013 (13)
    • ►  December (8)
    • ►  November (5)

Followers

Member Of




blogger malang citizen


bannermemberfloral

https://www.facebook.com/groups/1949767178581022/

viva

Facebook Twitter Instagram RSS

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates