cerita

Belajar Curhat dan (Mulai) Nyinyir

00.14.00

belajar curhat dan mulai nyinyir. pameran lukisan kepanjen, jalur sepeda kepanjen, tambal ban kepanjen, green and smart city kepanjen

Kejadian ini sudah beberapa hari lalu sih. Awalnya tidak berniat untuk menceritakan di blog. Tapi kok ya blognya sudah bersuara krik krik krik… sepi maak karena sudah lama tidak diisi.

Beberapa hari lalu ada undangan rapat wali murid di sekolah anakku yang SD. Karena masih siswa baru, jadi sekolah mengadakan pertemuan untuk menjalin silaturahmi dengan wali murid dan menjelaskan tentang kurikulum 2013 (K 13).


Karena pagi harinya anak-anak belum membawa bekal maka saya mengantarkan bekal untuk anak-anak sekaligus menghadiri rapat. Seperti biasa saya bawa sepeda kesayangan menuju ke sekolah. Tiba di tikungan yang agak menanjak saya rasakan berat sekali sepeda saya sampai dengkul terasa payah. Sambil jalan saya intip roda depan emang agak kempes. Mungkin itu sebabnya pikir saya.
Sampai di sekolah, setelah mengantarkan bekal ke masing-masing kelas, saya langsung menuju aula. Ternyata rapat sudah dimulai. Hohoho…saya telat saudara….


Kesimpulan rapat yang saya tangkap adalah bahwa anak-anak sekarang ini berada di zaman yang berbeda dari zaman orang tuanya dahulu. Kini arus informasi semakin deras. Melalui internet, anak-anak bisa mendapatkan berbagai macam info yang bahkan belum layak mereka dapatkan. Untuk itulah orang tua harus lebih “pintar” dari anak untuk urusan teknologi, terutama gadged/gawai. Karena itu pemerintah menerbitkan K13 untuk sekolah dasar sampai tingkat atas. K13 ini memiliki 3 pilar yaitu Perilaku, Pengetahuan (ilmu) dan Ketrampilan.


Melalui K13 ini anak-anak diharapkan memiliki ahlak yang baik, ilmu pengetahuan yang cukup dan ketrampilan agar dapat menerapkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Disinggung juga bahwa nantinya hasil laporan pendidikan anak-anak berupa deskripsi bukan nilai angka seperti pada KTSP (Non K13). Jadi sebagai orang tua jangan terkejut kalau rapot anaknya beda dengan sekolah lain.


Selesai rapat, karena masih pukul 09.30, saya berniat untuk melihat pameran lukis lokal yang digelar di gedung DPRD. Begitu sampai di parkiran, ternyata roda belakang sepeda saya kempes.


belajar curhat dan mulai nyinyir. pameran lukisan kepanjen, jalur sepeda kepanjen, tambal ban kepanjen, green and smart city kepanjen

Belakangan baru saya sadari kalau penyebab dengkul saya kepayahan adalah si roda belakang ini. Bukannya si roda depan. Untunglah tidak sampai 50 meter saya berjalan ada tukang tambal ban di depan RSUD Kanjuruhan. Pengalaman pertama nih, ke tukang tambal ban bersama onthel kesayangan wkwkwk.


Sambil menunggu ban saya di tambal, saya melihat ke sekeliling. Di depan rumah sakit berderet warung dan penjual makanan yang mangkal di trotoar dan bahu jalan. Termasuk si bapak penambal ban juga mangkal disitu. Ironis memang, disatu sisi saya menyayangkan keberadaan para pedagang dan penambal ban tersebut tapi di sisi lain saya juga termasuk pengguna jasa mereka.


Kenapa saya menyayangkan keberadaan mereka? Sebagai pengguna setia sepeda onthel, saya merasa dianak-tirikan huhuhu… di trotoar ga boleh, bahu jalan pun tak dapat. Belum lagi di sebelah utaranya deretan para pedagang itu, banyak mobil parkir parallel di tepi jalan. Karena bahu jalan sempit maka separuh body mobil memakan jalan. Jadinya saya saingan sama kendaraan bermotor. Padahal jalan rayanya tidak terlalu lebar. Beginilah nasib pengendara sepeda…


Kalau saya boleh usul… kasih jalan dong pak buat kita-kita berupa jalur sepeda agar dapat ngonthel dengan aman. Mumpung Kepanjen masih jadi kota kecil. Masih tahap berkembang. Sebelum masalah jadi lebih kompleks lebih baik dipikirkan mulai sekarang.

Beberapa keuntungan adanya jalur sepeda adalah:
  • Mengurangi polusi udara, karena akan semakin banyak orang beralih dari kendaraan bermotor ke sepeda
  •  Merubah mindset tentang olahraga. Selama ini kalau saya perhatikan disini, kebanyakan menganggap bersepeda adalah olah raga yang dilakukan hanya di waktu khusus dan di tempat yang khusus. Dengan adanya jalur sepeda dapat merubah mindset tersebut.
  • Mengurangi angka kecelakaan. Indonesia adalah pengguna sepeda motor terbesar ketiga di dunia. Angka kecelakaan yang diakibatkan pengguna sepeda motor juga tidak kecil (CMIIW)
  •  Mengurangi kemacetan. Semakin berkembangnya kota Kepanjen akhir-akhir ini tidak menutup kemungkinan akan terjadinya kemacetan di kemudian hari. Untuk itu lebih baik kita mencegahnya jauh-jauh hari dengan memberlakukan jalur sepeda.

FYI, menurut laman Kidnesia dot com, Negara dengan pengguna sepeda terbanyak adalah Belanda, dimana 99, 1 % warganya  adalah pengendara sepeda. Berikutnya Denmark dengan jumlah pengendara sepeda kurang lebih 80,1%. Diikuti oleh Jerman, Swedia Norwegia Finlandia dan Jepang. Kalau kita perhatikan Negara-negara diatas adalah Negara maju. Dimana warganya sudah memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya hidup sehat dan menekan tingkat polusi udara.
Kalau di Negara maju, sepeda sudah menjadi budaya, kenapa kita tidak? Apalagi sekarang ini Kota Kepanjen menjadi prototype dalam pelaksanaan Green City. Jadi, masih nyambung kan Pak usul saya?


Satu lagi keuntungan kalau ada jalur sepeda, agar saya gak dikasihani lagi sama orang-orang hihihi. Mengantarkan bekal ke sekolah yang jaraknya kurang lebih 2 km pakai sepeda aja masih dianggap aneh. Apalagi kalau saya cerita ngonthel ke pasar yang jaraknya 2x lipat… hihihi.


belajar curhat dan mulai nyinyir. pameran lukisan kepanjen, jalur sepeda kepanjen, tambal ban kepanjen, green and smart city kepanjen

Baiklah lanjut ke cerita saya tadi ya. Setelah menambal ban bergegas saya ke gedung DPRD untuk menlihat pameran lukisan lokal. Ini juga pertama kalinya melihat pameran lukisan. Seperti pameran lukisan yang saya lihat di tipi-tipi, ruangan tampak sepi. Hanya beberapa orang saja yang ada di sana.


Pameran lukisan ini pesertanya adalah pelukis yang berasal dari Kabupaten Malang. Menurut, salah satu pelukis yang sempat saya ajak ngobrol kemarin. Pameran ini digelar tanpa persiapan yang panjang alias mendadak. Pantas saja, pikir saya. Beberapa judul lukisan yang tertulis di label terkesan asal diberi judul. Mungkin karena yang membuat label bukanlah pelukisnya sendiri. Bahkan ada pula yang meletakkan labelnya tertukar antara lukisan satu dengan yang lainnya. Sayang sekali, padahal menurut saya sebagai orang awam, judul lukisan itu dapat membantu penikmat lukisan untuk “masuk ke dalam dunia” yang diciptakan oleh si pelukis.


belajar curhat dan mulai nyinyir. pameran lukisan kepanjen, jalur sepeda kepanjen, tambal ban kepanjen, green and smart city kepanjen

belajar curhat dan mulai nyinyir. pameran lukisan kepanjen, jalur sepeda kepanjen, tambal ban kepanjen, green and smart city kepanjen

Selain puluhan lukisan yang dipajang, ada juga sebuah lukisan yang masih dalam proses penyelesaian. Sebuah lukisan oil pastel diatas karton ini merupakan pesanan. Tampak seorang Bapak berhadapan dengan standing/ easel tengah menyelesaikan lukisannya yang berupa gambar wajah seseorang. Dengan melihat foto di depannya Bapak itu melukis sambil diselingi ngobrol dengan orang yang ada di sebelahnya.

belajar curhat dan mulai nyinyir. pameran lukisan kepanjen, jalur sepeda kepanjen, tambal ban kepanjen, green and smart city kepanjen

belajar curhat dan mulai nyinyir. pameran lukisan kepanjen, jalur sepeda kepanjen, tambal ban kepanjen, green and smart city kepanjen


Selain itu, ada juga seorang seniman lain yang menggambar di atas sebongkah batu. Kita dapat memesan gambar wajah kita yang dilukis di atas batu. Pengerjaannya pun cepat, hanya dibuat sketsa sebentar, kemudian ditinggal keliling-keliling untuk melihat lukisan, pesanan kita sudah jadi. Harganya pun cukup murah 50 ribu rupiah. Tentu saja akan dikenakan biaya tambahan jika anda memasang pigura sekalian. Katanya, lukisan di atas batu ini baru pertama kali ada. Belum ada di tempat lain.

belajar curhat dan mulai nyinyir. pameran lukisan kepanjen, jalur sepeda kepanjen, tambal ban kepanjen, green and smart city kepanjen

belajar curhat dan mulai nyinyir. pameran lukisan kepanjen, jalur sepeda kepanjen, tambal ban kepanjen, green and smart city kepanjen


Diantara deretan lukisan, saya melihat ada beberapa kaos (T-Shirt) yang ikut dipajang. Kaos tersebut juga merupakan media lukis, jadi kita dapat memesan kaos yang terdapat lukisan diri kita. Harganya juga cukup terjangkau Rp 200 ribu di tambah harga kaos. Nah… anda tertarik?

Karena hari sudah siang, saya pun buru-buru pulang. Masih tetap melewati rute yang sama, dimana saya harus berbagi jalan dengan kendaraan bermotor. Sesampainya di rumah saya segera meluruskan kaki, menikmati sensasi dengkul saya yang telah mengayuh sepeda dengan roda yang kempes. Dan ternyata, sampai malam dengkul saya masih terasa uwow hehehehe.

You Might Also Like

39 comments

  1. Wah saya juga concern tuh sama kendaraan bermotor yang suka klaksonin orang naik sepeda. Padahal mereka yg naik sepeda malah lagi bantu ngurangin polusi dan hemat BBM :') Semoga masyarakat makin peka dengan para pesepeda :')

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, gak enak rasanya dipandang sebelah mata

      Hapus
    2. padahal neng Hanifa kemana-mana naik motor bahkan seringnya malah pake mobil.


      #emang matanya cuma ada sebelah ya?

      Hapus
  2. "Sebagai pengguna setia sepeda onthel, saya merasa dianak-tirikan " Sepertinya ini jadi masalah buat banyak kota di Indonesia. Di solo juga.. bebrapa jalur lambat dibiarkan tanah kasar tidak diaspal (mana ada sepeda yg mau lewat..), giliran diaspal sering dipakai mangkal pedagang sama parkir mobil.. :sedih:

    BalasHapus
    Balasan
    1. Perlu aturan yang lebih tegas keknya...

      Hapus
    2. aturannya udah ada, penerapannya yang nggak dijalanken...kayanya mah

      Hapus
  3. Pake apa tuh mba gambar pertama itu yg ada kartunnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bikin avatar di bitmoji, crop pake pics art, tambahi tulisan pake phonto mbak Yurma...

      Hapus
  4. hanya saja gambarnya sedikit agak buram mba. tapi jujur artkelnya lengkap

    BalasHapus
  5. saya telah menangkap usulan admin agar seluruh jalur lintas jalan raya untuk diberikan juga jalur sepeda onthel, tapi ingat yah, jika sudah saya akomodasi usulannya, setiap hari baik jarak jauh maupun dekat, admin harus pakai sepeda onthelnya...okeh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwkwk yang make jalur sepeda kan bukan cuma aku, Mang Lembu...

      Hapus
  6. saya jadi pengikutnya no 19 nih yah

    BalasHapus
  7. aku gagal paham, nyinyir-nya di mana ya? *salah fokus*

    BalasHapus
  8. kaos yg ada lukisan wajah selesaia berapa lama kak?

    BalasHapus
  9. Hooo, saya kira ada nyinyiran heboh di medsos, Mba.
    Dengkulnya sudah nggak uwow kan Mba? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi... belum berani nyinyirin yang di medsos mbak...lain kali tak coba...

      Hapus
  10. Jadi kangen naik sepeda. Udah lama banget engga, hoho

    BalasHapus
  11. Berasa ikut capek mbayangin rute yg ditempuh :D
    Site blog sama G plusnya udah tak add ya Mbak. Folbek yaaa,hihi. Mari berteman :)

    BalasHapus
  12. Mba Retno keren, sampe sekarang saya masih suka naik kendaraan umum karena belum punya kendaraan pribadi. Kalo ada rejeki maunya juga beli sepeda aja, gak pengen beli motor.
    :)
    Salam kenal mbak :)

    BalasHapus
  13. Jika anda sudah terbiasa diklakson kendaraan bermesin saat bersepeda, masih tetap menaiki sepeda saat jalan tak ada yg bagus dan dirampas unk lahan parkir, tapi kamu tetap bersepeda. Saya angkat topi untuk itu.

    BalasHapus
  14. Eh tapi sekarang bukan nya banyak jalur sepeda yaa di kota2 besar ???

    BalasHapus
  15. Wah ban kempes sampe ga kerasa gitu? Artinya saking smangatnya sampe lupa ada yg salah hehe salam pit2an kalo gitu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. baru sekali ini naik sepeda bane kempos wkwkwk... suka nge-pit juga toh?

      Hapus
  16. Mak Retno kereeeeen, concern banget dgn lingkungan bahkan udh hidup sehat dgn ngonthel gitu, kece deh Mak ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haisssh... awalnya juga karena terpaksa mbaaa... ga bisa bawa motor sendiri, eh keterusan hihihi

      Hapus