cerita

Siapa Bilang Ibu Rumah Tangga Tak Butuh Fisika dan Kimia?

12.22.00

Ibu juga perlu belajar Fisika dan Kimia

Siapa Bilang Ibu Rumah Tangga Tak Butuh Fisika dan Kimia?


Pernahkah Anda mendengar kalimat-kalimat berikut ini? Ibu rumah tangga itu enggak butuh pelajaran Fisika dan Kimia. Ngapain juga dulu waktu sekolah pusing pusing mikirin pelajaran itu. Apalagi kalau mau ulangan dibelain belajar SKS, tapi sekarang enggak terpakai? Sekarang udah jadi Ibu tapi aku baik-baik saja tanpa Fisika dan Kimia...

Hmmm. Mungkin yang bilang begitu anaknya masih bayi, belum tanya ini itu. Masih ngangguk-angguk saja ketika Ibu Bapaknya bilang apapun. Coba kalau anaknya sudah lebih besar. Pasti butuh jawaban yang masuk akal dan benar kan? Masak iya anaknya nanya benar-benar mau dijawab seenaknya. Kan kasihan nanti kalau sudah sekolah atau ditanya sama teman-temannya kalau jawaban yang kita berikan ngawur. 

Lagipula masa anak-anak itu adalah masa menyerap apapun yang mereka lihat dan mereka rasakan. Sekali kita mengatakan sesuatu, maka akan mereka simpan dalam memori mereka. Dan kalau sampai salah, kita akan kesulitan untuk mengubahnya kembali.

Contohnya sepele, saya juga pernah mengalaminya. Saat itu anak pertama saya mulai belajar warna. Saat itu sudah malam, posisi sedang di kamar tidur yang lampunya tidak begitu terang. Anak saya bertanya sambil menunjuk sebuah warna di kain seprei. Karena ngantuk dan capek saya hanya melihat sekilas dan langsung menjawab kalau warna itu adalah warna abu-abu.

Baru keesokan harinya saya sadar kalau ternyata warna yang ditunjuk anak saya itu ternyata berwarna biru muda. Buru-buru saya ralat ucapan saya, namun apa yang terjadi? beberapa hari setelah kejadian, anak saya masih menyebut warna biru muda sebagai abu-abu. Ternyata tak cukup hanya sekali untuk merubah apa yang sudah tertanam di benak mereka.

Nah kembali ke soal Fisika dan Kimia. Kita tidak mau kan, karena ketidak tahuan orang tuanya membuat anak-anak kesulitan dalam memahami sesuatu? Jadi ini bukan tentang apa yang harus mereka ketahui tapi bagaimana mereka mengetahui sesuatu.

Fisika dan Kima perlu untuk ibu rumah tangga


Hei, Ibu... bukankah kita adalah guru pertama anak-anak. Yang mengenalkan dunia pertama kali pada mereka? Tentunya kita butuh dong ilmu dasar agar dapat menjelaskan kepada tentang mereka tentang apa yang mereka lihat di dunia ini dengan cara yang sederhana. 

Bagaimana cara kita menjelaskan dengan bahasa yang sederhana? Tentu saja dengan memahami dulu persoalan yang ada. Kalau kita sudah paham, barulah kita akan menemukan cara sederhana untuk menjelaskan.

Misalnya saja ketika anak bertanya tentang apa itu pelangi, tidak mungkin kan kita menjawab kalau pelangi itu adalah jembatan para bidadari yang turun dari khayangan. Atau masih ada yang menjawab seperti itu? Hayooo ngaku wkwkwkwk.  

Kalau sudah begini, mau enggak mau kita perlu mencari tahu apa itu pelangi, bagaimana kejadiannya sampai muncul si mejikuhibiniu… dan sadarkah engkau wahai Mama kalau pelangi adalah peristiwa Fisika?

Contoh yang lain, ketika kita merebus daging. Agar daging lebih cepat empuk, masukkan saja sendok ke dalam air rebusan tadi. Ketika anak bertanya mengapa kita melakukan itu. Apa jawaban yang akan kita berikan ke anak? “Dulu nenek juga begini caranya ketika merebus daging” Atau “ Mama pernah lihat di TV, tips agar daging lebih cepat empuk ya begini ini caranya”

Sekali lagi, ini bukan tentang “apa” tapi “bagaimana” anak belajar untuk memahami sesuatu. Ketika dua jawaban diatas kita berikan, maka anak tidak akan mendapat pengetahuan baru yang dapat memancing mereka untuk berpikir kritis. Mereka mungkin juga bertanya dalam hati, namun enggan untuk menanyakannya karena melihat kualitas jawaban kita saja mereka sudah menyadari kalau orang yang akan mereka tanyai lebih lanjut tidak lebih paham dari mereka. Hihihi….

Kejadian Fisika dan Kimia di rumah dan di dapur


Fisika juga telah menyelamatkan saya dari kepanikan dan potensi untuk mengecewakan anak-anak. Saat itu ada pisang yang sudah matang di rumah. Seperti biasa, anak-anak meminta untuk membuat cake pisang.

Saya pun membuat adonan. Ketika adonan sudah jadi, saya menyalakan kompor dan memasang oven tangkring diatasnya. Beberapa saat kemudian tiba-tiba muncul api yang besar di bawah kompor. Padahal nyala kompor normal. Lalu untuk mencegah hal yang tak diinginkan saya segera mematikan kompor dan memindahkan oven.

Anak-anak yang melihat itupun ketakutan dan kecewa. Karena cake yang mereka inginkan tidak jadi dimasak. Saya pun tak ingin mengecewakan ank-anak. Sambil melihat-lihat kompor saya berpikir , kok bisa yaa ada api yang besar di bawah oven. Ada apa ini…

Setelah saya amati, ternyata ada minyak goreng yang menggenang di cekungan yang ada di tungku kompor. Menurut analisa saya, minyak itulah yang membuat nyala api jadi besar. Tapi kok sebelumnya saat menggoreng ikan tidak terjadi? Mungkin begini : Bahan yang dibuat untuk oven tangkring adalah konduktor kuat. Dan Oven tersebut lebih lebar dari alat masak yang saya gunakan sebelumnya. Jadi, panas yang dikeluarkan dari tungku kompor terjebak di bawah oven sehingga mampu membakar minyak goreng yang tergenang disitu.

Setelah minyak goreng saya bersihkan, saya pasang lagi oven tangkring di atas kompor dan ternyata… tidak ada kejadian apa-apa. Semua berjalan seperti biasa. Anak-anak pun batal kecewa.

See… sekali lagi kita bertemu dengan Fisika di kehidupan emak-emak, kejadiannya di dapur pula. Hmmmm masih mau bilang emak-emak enggak butuh Fisika dan Kimia? By the way, tulisan ini muncul setelah sering kali mendengar pertanyaan, "sarjana kok di rumah saja?". Ada yang memiliki perasaan yang sama?





You Might Also Like

47 comments

  1. Mana anak-anak sekarang kritis, mb. Pertanyaan mereka suka ajaib aja. Kalo emaknya gak punya modal ngerti ilmu fisika atau kimia ( meski yang ala-ala ). Berabe deh

    BalasHapus
  2. hahaha, iya, kita sebagai emak-emak memang gak bisa lepas dari fisika dan kimia, bahkan real di kehidupan nyata, bukan di sekolahan.

    BalasHapus
  3. Ya betul, karena ibu adalah guru pertama bagi anaknya.. So, sebagai ibu harus tau semua nya.. Harus berpendidikan tinggi dan berwawasan luas walau ujung ujung nya di dapur, karena kita yang membesarkan anak kita

    BalasHapus
  4. Sebenarnya enggak cuma emak² dan ibu² yg butuh fisika dan kimia mba.. tapi semua orang butuh mata pelajaran yang kita pelajari semasa SD - SMA dl.. makanya kadang sedih klo lihat orang gak sungguh² saat belajar..

    BalasHapus
    Balasan
    1. sayang banget ya... semoga saja, energinya untuk belajar dicurahkan untuk hal lain yang juga positif

      Hapus
  5. Saya awalnya menduga bahwa ini bakal jadi tulisan clickbait. Ternyata, dugaan saya salah. Memang, anak-anak kelak bakal bertanya banyak hal ke kita tentang apa yang mereka lihat dan temukan. Tentunya, ilmu-ilmu dasar itu harus diterapkan sehingga anak pun jadi tertarik untuk belajar sains. Begitu juga yang pernah dilakukan orang tua saya ke saya. Waktu itu, masih zaman acara Galileo yang sains2 itu, mereka membuat acara serupa dan entah kenapa saya jadi senang ketika itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. belajar sambil bermain memang terasa menyenangkan buat anak... mereka tidak akan menganggapnya sebagai beban, namun sebagai kenangan yang menyenangkan...

      Hapus
  6. Fisika dan Kimia erat hubungannya dengan kehidupan sehari hari ya Mom. Paling ngga untuk pertanyaan ringan Anak, ibu bisa langsung menjawab. Emak zaman now mwmang hrus mampu menjadi garda terdepan :)

    BalasHapus
  7. lah iya iya pelajaran kimia dan fisika itu ada di kegiatan sehari hari. Tanpa kita sadari akan tetapi,ibu ibu penting sih tau pelajaran tersebut jadi ketika anak tanya soal materi kimia dan fisika kita jadi bisa bantu jawab

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, paling enggak dengan penjelasan yang sederhana anak jadi lebih mudah paham..

      Hapus
  8. Ahhaa...aku ga jago Fisika.
    Tapi dulu kuliahnya Kimia sains. Jadi kalau ada fenomena sehari-hari yang ga sesuai dengan sunnah Rosul, kita cari mengapa hal tersebit tidak diperkenankan yaa..?


    Seperti "Mengapa tidak boleh meniup makanan panas?"

    Atau "Mengapa tidak boleh makan sambil berdiri?"

    Dan benar, semua aturan sunnah Rosul sangat beralasan secara ilmiah.

    Sangat berguna mempelajari kauniyah Allah.
    In syaa Allah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itulah... anak-anak akan semakin mudah menerima dan melaksanakannya kalau sudah ada penjelasan logisnya...

      Hapus
  9. butuh dong mbak, ibu-ibu itu juga butuh ilmu fisika dna kimia. biar jadi ibu yang keren :)

    BalasHapus
  10. Wah..bener banget, kalo anak namanya mesti kasih jawaban yg benar..kalo ga tau gugling dulu hahahaha..

    Masa ditanya gempa malah jawab... Naga capek gendong bumi...he2

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi... baru tau nih kalau ada naga gendong bumi wkwkwk

      Hapus
  11. Mba judulnya menggoda...Saat sekolah, aku termasuk yang nggak suka pelajaran fisika dan kimia. Meskipun demikian, penting bagi ibu untuk mengenal hal-hal yang mendasar. Minimal mampu menjawab dan mengatasi masalah seputar itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak... tujuanku menjelaskan secara logis dengan bahasa yang sederhana adalah agar mereka tidak merasakan kesulitan untuk memahami suatu pelajaran dari sekolah...

      Hapus
  12. Nilai fisika kimiaku sering remidi, hahaha. Tp memang perlu banget sih. Kemarin aku diajak berkebun keponakan pas siang2. Aku gak bolehin lah. Bilang bertanam itu pagi atau sore dan dia mulai tanya macem2 jadinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah kan... kids zaman now butuh penjelasan yang masuk akal kan....

      Hapus
  13. Wah setuju mba. Semua orang tua memang harus punya pengetahuan lebih ya. Gunanya yang paling sederhana ya ini, bisa kasih ilmu ke anak sendiri

    BalasHapus
  14. menjadi ibu memang harus multitasking ya mbak, enggak hanya pintar kimia dan fisika, ibu juga harus bisa jadi badut, jadi kuda, jadi kucing, kambing. pokoknya ibu harus bisa semua :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. bangeeet... enggak ada pekerjaan di dunia ini yang se-kompleks pekerjaan seorang ibu rumah tangga

      Hapus
  15. saya ga suka fisika..
    sejak SMP dan SMa fisika selalu nilainya 7
    tp kimia suka..di rapot 8 dan 9
    tapi kok sekarang setelah jd ibu RT saya belum mengaplikasikannya ya ?
    atau saya yg kurang ngeh hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. memberikan jawaban terhadap pertanyaan anak secara logis sebenarnya sudah seperti yang saya tulis diatas mbak... mungkin emang tidak menyadari saja...

      Hapus
  16. Istriku, dan aku juga, basic pendidikannya kimia :-) |

    Sepakat bahwa orangtua, terlebih ibu, adalah guru pertama untuk anak2nya. Buat kami, para lelaki, seharusnya merasa bersyukur kalau memiliki istri yang pintar '-)

    Contoh yg dijabarkan bikin inget waktu sekolah, nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. istri yang pintar, bisa mengurangi beban suami ya... setidaknya suami merasa tenang, karena anaknya akan diajari dengan cara yang pintar pula..

      Hapus
  17. Bener banget banyak hal yang sepertinya gak dibutuhkan padahal itu perlu. Kaya analisan ini, jadi tetep penting

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak... kalo udah jadi ibu, hal hal kecil bisa jadi penting...

      Hapus
  18. Memang, ilmu itu tidak ada yang tidak berguna. Semuanya pasti berguna. Secara tidak sadar juga pasti berguna. Kayak di postingan ini contohnya.

    Banyak teman saya sekarang di sekolah yang bilang kalo lulus SMA mau langsung nikah aja HAHAHA karena sangkin frustasinya sama pelajaran di sekolah. Padahal sama aja nanti juga akan ketemu secara tidak langsung sama pelajaran di sekolah.

    Bukan teori tetapi prakteknya. GAUL!

    SALAM UPIL GAUL! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi...lucu juga...
      Sebenarnya setiap fase kehidupan itu membawa masalahnya sendiri-sendiri... tinggal kitanya aja, menyikapinya bagaimana. Kalau dianggap berat ya emang berat, tapi kalau dibikin santai ya jatohnya santai juga...

      Hapus
  19. Hmm bener juga sih, aku termasuk yang kurang suka sama saintek. Tapi kalau dilihat dari pengalaman mama saya dia walaupun gapaham saintek juga kadang tetep bisa memecahkan masalah seperti di atas, entah mungkin mama saya yang teliti :'D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena kebiasaan juga bisa mbak, orang jaman dulu juga mempunyai solusi untuk permasalahan tertentu. bukan karena tahu dasar ilmunya, tapi karena kebiasaan.

      Hapus
  20. Aku setuju ibu rumah tangga, i prefer to be called as stay at home mom, itu harus pintar. Bukan cuma bisa science tapi pintar. Karena ibu yang pintar itu adalah dasar dari anak yang pintar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak ... ibu rumah tangga sering menghadapi situasi tidak terduga. Disitulah kepintarannya diuji...

      Hapus
  21. intinya harys pinter-pinternya kita ya mba jelasin secara sederhana ke anak-anak fenomena-fenomena di kehidupan sehari-hari yang berhubungan sama ilmu fisika dan kimia hehe

    BalasHapus
  22. aku jadi teringat pertanyaan-pertanyaan para keponakan kalau pas ngumpul. kadang pertanyaan simpel tapi aku musti mikir dulu buat jawabnya hahahhaa...

    nggak cuma fisika dan kimia aja sih, para orang tua khususnya ibu memang musti punya banyak pengetahuan :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya doong... harus itu, saya cuma menggaris bawahi pernyataan yang mengatakan bahwa jadi ibu rumah tangga itu tak butuh fisika dan kimia

      Hapus
  23. Setujuuu sains menyelamatkan emak dari kebingungan lol. Paling mudah emang mengajarkan sains ke anak-anak ya, banyak contoh di sekitar kita.

    BalasHapus
  24. jadi ibu memang harus pintar segala galanya ya Tante
    gak cuman fisika aja loh

    BalasHapus
  25. Setuju banget,, bukan hanya fisika dan kimia yang dibutuhkan seorang ibu tetapi juga ilmu ilmu lain macam psikologi, ekonomi dan hukum..
    Soalnya tugas ibu bukan hanya membesarkan seorang anak tetapi juga mendidik generasi penerus bangsa di masa depan..

    BalasHapus