cerita

Ceritaku tentang memilih alat kontrasepsi

09.14.00

memilih KB (Keluarga Berencana)

Awal-awal menikah saya tidak kepikiran sama sekali soal KB. Pinginnya ya langsung punya anak, enggak pake ditunda-tunda. Karena cita cita saya dan Pak Suami adalah ingin jarak usia kami dan anak-anak tidak terlalu jauh. Akhirnya ya gitu deh…begitu nikah langsung program punya anak.


Alhamdulillah, tidak menunggu lama sayapun langsung hamidun eh hamil. Betapa senangnya karena doa kami terkabul.  Inipun rasanya sudah tertunda cukup lama, karena cita-cita nikah di usia yang lebih muda tidak tercapai. Kata Bapak, setelah lulus kuliah baru boleh nikah… Sebagai anak yang baik (uhhuk) saya pun menuruti nasehat Bapak.  Dan ternyata gak salah saya nurut bapak waktu itu. Karena begitu lulus, langsung nikah lalu punya anak, jadi lupa mengurus birokrasi kampus, akibatnya sampe hari ini transkrip nilai masih tersimpan rapi di lemari kampus. Sampe kantin yang dulu jadi tempat nongkrong tak ada lagi, Sampai program studi berubah jadi Jurusan  wkwkwk … apa kabar predikat cumlaude #eh 


Kembali ke soal anak, pernah baca kalau memberikan ASI pada bayi sama dengan KB alami. Ah amaan..pikir saya apalagi saat itu anak saya ASInya kuat sekali. Sampai Akhirnya ketika anak pertamaku usia 14 bulan, aku telat datang bulan. Langsung deh beli test pack dan ternyata positif saudara-saudara.


Sebenarnya kasihan juga sama si sulung karena masih terlalu kecil, tapi ini rezeki, pantang ditolak. Ketika si sulung usia 25 bulan, lahirlah si nomor dua. Alhamdulillah cewek. Bahagia rasanya, karena anak pertama cowok lalu anak kedua cewek.


Sejak hamil anak kedua, otomatis si sulung tidak lagi minum ASI, karena dia selalu rewel ketika minum ASI saat itu. Berbeda dengan kakaknya, anakku yang cewek ini ASInya tidak terlalu kuat. Mungkin karena dia cewek ya… sampai tiba-tiba pada suatu malam #garing. Anak kedua ku ini rewel, nangis terus waktu minum ASI. Bingunglah saya, ada apa gerangan. Lalu saya pun mulai mengingat-ingat kira-kira peristiwa apa yang terjadi hari ini yang membuat dia rewel. Ah rasanya semua biasa-biasa saja. Tiba-tiba…mak tratab… saya baru ingat kalau sudah dua hari telat tidak datang bulan.


Buru-buru saya bilang ke bapaknya anak-anak, minta tolong untuk belikan test pack. Dan keesokan harinya, ya…saya positif, hamil lagi anak ketiga. Padahal anak kedua masih usia 4 bulan. Hiks


Bingung rasanya , sedih atau bahagia. Si sulung masih usia 28 bulan, si nomor dua baru 4 bulan. Rasanya baru sebentar melahirkan anak kedua, belum sempat me time dan semacamnya eh sudah hamil lagi.


Seneng karena punya momongan lagi, tapi sedih… kasihan kakak-kakaknya kalau ga keurus. Untunglah Pak Suami bijaksana. Sebagai kepala keluarga beliau sama sekali tidak bingung. Bahkan ketawa-tawa saja melihat saya yang kebingungan. Kata beliau, janin yang masih di dalam rahim sama haknya dengan kedua kakaknya. Dia berhak disayangi, dicintai, kehadirannya disambut dengan kebahagiaan. Bukan kekalutan.  Untunglah saya segera disadarkan.


Apalagi konon katanya perasaan yang dirasakan ibu saat hamil itu mempengaruhi sifat anak yang di kandung, makanya saya pun berusaha untuk ikhlas dan menerima. Takut sih kalau nantinya anakku punya sifat yang tidak menyenangkan.


Anak ketiga ini lahir, ketika kakak pertamanya berusia 3 tahun dan kakak keduanya 13 bulan. Sayapun kepikiran untuk mulai KB yang lain. Selama ini Cuma pakai K*ndom dan Kalender saja yang saya rasa tidak beresiko, dan terbukti saya eh saya dan pak Suami kurang pintar untuk itu. 4 tahun nikah sudah punya 3 anak...

memilih KB (Keluarga Berencana)


Dari hasil konsultasi ke Bidan, beliau menyarankan saya untuk tidak KB hormone. Karena pernah memiliki fibroma. Semacam tumor jinak yang paling umum terjadi pada wanita yang bisa hilang dengan sendirinya. Karena fibroma ini berhubungan dengan hormon itulah, maka disarankan untuk tidak menggunakan KB hormone.


Waktu itu, hanya tiga KB yang saya tau yang tidak melibatkan hormone yaitu KB kalender,  IUD dan K*ndom. Jujur saja saat pakai kalender dan K*ndom  masih ketar-ketir tiap bulan, dan akhirnya kebobolan juga. Lalu…haruskah aku pakai IUD?


Bersambung yak…udah panjang wkwkwk

You Might Also Like

6 comments

  1. waah... pastinya seru dan rumah rame ya... tapi anak adalah rezeki dan amanah ya mba...

    BalasHapus
  2. Aku selama 5 tahun ini pake k*ndom mba cuman emang tahun ini coba sekali ga pake langsung sakses aku hamil hahaha..
    ditunggu selanjutnya mba

    BalasHapus
  3. dulu teman kantorku sampai sekarang dia juga masih pakai kondom buat alat kontrasepsinya ketimbang KB gitu mbak. katanya lebih aman buat badannya aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya sih Koh, memang yang paling minim resikonya ya si K itu, asal ga males makainya saja hihihi

      Hapus