Pernahkah di Whatsapp grup Anda tersebar berita hoaks? Saya yakin semua orang pernah mengalaminya. Lalu bagaimana tanggapan warga grup tersebut? Diam saja? Muncul ucapan terima kasih atas info yang disampaikan? Atau bahkan ada yang menyarankan untuk mengecek kembali kebenaran berita tersebut? Tentunya tidak sedikit yang menelan berita tersebut mentah mentah ya.
Saya sendiri beberapa kali ” meluruskan” berita di WAG keluarga, harapan saya agar anggota keluarga saya tidak mudah percaya berita yang cepat beredar. Tapi saya juga tidak tahu apakah upaya saya tersebut memiliki efek atau tidak, karena begitu saya menyebutkan poin poin yang membuat berita tersebut jadi mentah, tidak ada yang merespon kembali. Jadi mereka menyangkal bukti yang saya berikan atau menerimanya saya juga tidak tahu.
Dan kejadian tersebut tidak hanya terjadi di WAG keluarga saya saja, nyatanya hampir semua WAG pernah mengalaminya. Kemudahan akses internet membuat informasi dengan mudahnya tersebar tanpa bendung. Siapapun dapat membuat berita tanpa adanya filter. Akibatnya banyak berita yang belum tentu kebenarannya tersebar denagn cepat.
Menurut data, tahun 2021 ini sebanyak 60% masyarakat Indonesia memiliki media sosial. Padahal menurut data yang lain lagi, daya literasi di Indonesia berada di urutan ke 70 dari negara negara di dunia. Bisa dibayangkan bagaimana infodemik ini menghampiri masyarakat kita yang memiliki daya literasi rendah. Infodemik adalah penyebaran informasi yang akurat maupun tidak akurat secara cepat dan luas. Ditambah lagi banyak yang mengambil kesempatan dari besarnya pengguna media sosial ini untuk keuntungan pribadi. Hingga muncullah judul yang clickbait dan propaganda.
Ada beberapa sebab orang mudah termakan hoaks, diantaranya:
- Literasi, pendidikan dan pengetahuan yang kurang memadai sehingga membuat orang mudah percaya.
- Fanatisme, atau kecintaan terhadap sesuatu secara berlebihan sehingga tidak mau mendengar pendapat yang berbeda.
- Algoritma media sosial yang selalu mengarahkan pada berit atau sumber berita yang pernah berinteraksi dengan kita. Jadi Media sosial mempelajari kebiasaan kita kemudian menyarankan pola yang sama berdasarkan kebiasaan kita.
Informasi salah yang tersebar di masyarakat ada 3 jenis yaitu : Malinformasi, disinformasi dan misinformasi.
Malinformasi adalah : informasi yang sengaja disebarkan untuk menjatuhkan orang lain atau kelompok tertentu. Malinformasi ini dapat berupa hasutan kebencian.
Misinformasi adalah : informasi yang tidak benar tapi penyebarnya percaya bahwa info tersebut benar. Biasanya misinformasi ini tidak bertujuan jahat.
Disinformasi adalah : Informasi tidak benar yang sengaja disebarkan, para pelaku penyebar disinformasi ini memiliki tujuan tidak baik.
Menurut First Draft sebuah organisasi riset yang mengkhususkan diri untuk media, ada 7 macam Mis/Disinformasi yaitu :
- Satire / Parodi. Sebenarnya sebuah sindiran namun tidak semua orang memahaminya sehingga menganggap satire/parodi ini sebagai suatu kebenaran.
- Konten menyesatkan/ Misleading adalah konten yang dibuat untuk menggiring informasi tertentu seolah oleh info tersebut benar (framing).
- Konten pabrikasi yaitu konten yang sama sekali tidak benar yang memang sengaja dibuat.
- Konten Tidak Nyambung yaitu konten yang tidak memiliki hubungan elemennya, misalnya antara judul berita, foto dan isi berita.
- Konten tiruan yaitu konten yang seolah olah berasal dari lembaga/ situs berita yang sah padahal bukan.
- Konteksnya salah yaitu informasi benar yang disebarkan dengan konteks yang berbeda.
- Manipulatif yaitu konten yang dibuat dengan memodifikasi foto atau video sehingga memiliki makna berbeda dari aslinya.
Kita tentunya harus benar benar bisa memilih dan memilah informasi dengan benar, karena hoaks bisa berakibat serius. Bukan hanya kebingungan dalam masyarakat, hoaks juga dapat mengakibatkan polarisasi dan berkurangnya toleransi. Bahkan hoaks juga dapat mengakibatkan kehilangan nyawa yang tidak sedikit.
Saat ini ada lebih dari 900 situs abal abal penyebar hoaks, menurut data dari Kominfo. Situs situs tersebut ada yang memiliki nama sendiri tapi ada juga yang menyerupai situs yang asli.
Cara mengidentifikasi situs abal abal:
- Cek alamat situsnya, bisa menggunakan who.is atau domainbigdata.com. Perusahaan pers yang benar pasti memiliki Badan Hukum, redaksi dan alamat.
- Cek data perusahaan di Dewan Pers.Hal ini bisa dilakukan dengan membuka https://dewanpers.or.id/data/perusahaanpers. Perlu di catat ada beberapa media kredibel yang belum berbadan hukum.
- Perhatikan detail visual, bisa dengan cek url situs yang asli, bedakan logo yang asli dan aspal.
- Perhatikan iklan. Iklan media abal abal biasanya berlebihan dan segala macam iklan masuk.
- Perhatikan ciri pakem media. Situs asli memiliki ciri yang pasti seperti font, struktur dan peletakan. Media asli juga menyertakan nama penulis dengan jelas, tanggal terbit dan sumber yang jelas.
- Cek About Us : Media abal abal biasanya tidak dilengkapi dengan About us yaitu dilengkapi alamat, email dan nomor telepon. Dan juga mencantumkan Pedoman Pemberitaan Media Siber.
- Waspadai judul sensasional. Situs yang asli lebih memilih bahasa yang tidak berlebihan.
- Cek ke situs media mainstream apakah juga memuat berita yang sama atau tidak. Jika iya cek juga bagaimana situs media mainstream melaporkan.
- Cek foto utama berita di google reverse image search. Media abal abal biasanya mencuri foto dari situs lain.
Setiap berita baik itu melalui media ataupun tidak biasanya selalu melampirkan foto sebagai pelengkap. Kita dapat memverifikasi foto tersebut apakah sesuai dengan berita atau tidak dengan memperhatikan nama gedung, nama toko, bentuk bangunan, nama jalan, tulisan tulisan yang ada, bahasa, huruf yang digunakan, tugu atau monumen dan lain lain yang dapat mencirikan suatu tempat atau masa tertentu.
Berikut ini tools yang dapat digunakan untuk memverifikasi foto:
- Reverse Image dari Google yang dapat digunakan untuk mencari website pengunggah pertama foto tersebut.Tools ini juga berguna untuk menelusuri foto foto yang diunggah di internet.
- Reverse Image dari Yandex yang merupakan search engine dari Rusia. Yandex ini sangat bagus untuk menelusuri foto terutama dari daerah Eropa Timur.
- Reverse Tineye yang memiliki kelebihan berupa filter berdasarkan urutan waktu.
- Bing yaitu situs pencari milik Microsoft
- Baidu yaitu situs pencari website, foto dan file audio dari China.
Selain menggunakan kelima search engine diatas secara satu persatu, ada satu langkah praktis yang bisa dilakukan dengan menggunakan eskstensi browser seperti RevEye yang bisa dipasang di Chrome maupun Firefox.
Melalui Reveye yang memiliki logo gambar mata ini hanya dengan mengklik kanan foto maka akan muncul pilihan mencari gambar di situs mana. Apakah google, yandex, bing, TinEye atau Baidu. Bahkan Anda bisa mencarinya sekaligus dengan memilih opsi semua mesin pencari atau All Search Engines.
Selain foto, kita juga dapat melakukan verifikasi video. Ada dua langkah dalam memverifikasi video yaitu :
1. Menggunakan kata kunci untuk mesin pencari atau media sosial.
Tonton video dengan seksama sampai selesai. Temukan hal hal di dalam video yang bisa dijadikan petunjuk. Misalnya bangunan/gedung, bahasa yang digunakan, dialek, tulisan, nama jalan, dan lain lain. Lalu gunakan petunjuk tersebut sebagai kata kunci pencarian.
2. Dengan fragmentasi video.
Fragmentasi video ini dapat dilakukan dengan menscreenshoot video kemudian mencarinya di Image reverse tool. Atau dengan menggunakan tool InVid yang memiliki kelebihan dapat memfragmentasi video sekaligus mencarinya di reverse image tool sekaligus. Tool ini juga dapat memfragmentasi video melalui tautan media sosial maupun file lokal sekaligus memeriksa metadata dan analisis forensik foto.
Akhir akhir ini ini kita juga banyak disuguhi berita yang benar maupun salah yang menyebar dengan luas dan cepat (infodemik) tentang pandemi. Ada 3 hal yang bisa dilakukan untuk melawan infodemik ini yaitu : Platform digital harus lebih akuntable, pelacakan dan verifikasi mis dan disinformasi serta peningkatan litersi digital di masyarakat.
Menurut data Mayarakat Anti Fitnah Indonesia, info hoaks mengenai kesehatan pada tengah tahun pertaama 2020, naik dari 7% menjadi 56 % yaitu sebanyak 519 kasus dimana 94% diantaranya sudah diverifikasi oleh Mafindo. Sedangkan Kominfo hingga Maret 2020 mencatat ada 1471 hoaks terkait covid tersebar di berbagai media.
Mis/Disinformasi mengenai kesehatan ini memiliki dampak serius diantaranya:
- Munculnya kebingungan dan kepanikan di masyarakat
- Munculnya tidak percayaan terhadap pe,erintah dan otoritas kesehatan.
- Sikap apatis yang menimbulkan konsekuensi besar seperti membahayakan kesehatan, mempengaruhi orang lain bahkan kematian.
Oleh karena itu jika membaca berita tentang kesehatan kita harus mampu menganalisa apakah berita tersebut benar atau hoaks.
Cara cek Fakta Kesehatan
- Cek sumber aslinya. Informasi yang diterima harus ada sumber aslinya, jangan cuma katanya.
- Baca keseluruhan baerita, jangan cuma baca judul. Karena bisa saja judul hanyalah klik bait.
- Identifikasi penulis dengan menelusiri nama penulis melalui mesin pencari. Apakah nama tersebut kredibel ayau tidak.
- Cek tanggal berita, apakah merupakan berita terbaru. Masih relevan atau tidak dengan kondisi terkini.
- Cek bukti pendukung lain, bisa berupa sumber berita kredibel lain yang mendukung fakta.
- Cek Bias, periksa juga apakah pendapat pribadi Anda sendiri mempengaruhi penilaian terhadap berita tersebut dapat dipercaya atau tidak
- Cek berita melalui organisasi pemeriksa fakta. Di Indonesia ada Cek Fakta dari Tempo sedangkan untuk internasional ada AFP Factcheck dan Washington Pos Factcheckers.
Ada beberapa tools dan teknik dasar yang bisa digunakan untuk cek fakta kesehatan, diantaranya :
- Sumber terpercaya misalnya : Web resmi WHO, Kominfo, Kemenkes, IDI, BPOM dan Jurnal Ilmiah seperti : The New England Journal of Medicine, The British Medical Journal dan The Lancet.
- Study Peer Review dan Pre-Print. Peer review adalah studi penelitian yang sudah melewati proses verifikasi dari tim yang memiliki keahlian yang sama. Sedangkan Pre Print belum melalui proses review.
- Studi koralasi sebab akibat yaitu studi yang mengukur derajat keeratan antara sebab dan akibat untuk meneliti pola kausalitas suatu variabel tehadap variabel lain.
Menyaring berita yang kita terima memang sudah seharusnya, namun jika mencari kebenaran berita tersebut cukup menyita waktu, kita bisa langsung mencari kebenarannya di organisasi pemeriksa fakta, seperti kanal CekFakta yang ada di situs Tempo.Co. Kanal ini berisi tentang verifikasi berita yang beredar di masyarakat.
Ada 5 jenis penilaian di kanal CekFakta Tempo yaitu :
- Benar : Berdasarkan semua sumber yang ada, berita ini akurat
- Sebagian benar, berdasarkan informasi yang dapat diakses publik berita tersebut sebagian benar.
- Tidak terbukti. Berdasarkan bukti yang diperoleh, berita tersebut tidak dapat disimpulkan akurat atau tidak
- Sesat apabila data dan fakta yang digunakan benar namun penyampaian dan kesimpulannya mengarah ke tafsir yang salah.
- Keliru jika semua bukti dan fakta menunjukkan bahwa info tersebut tidak akurat.
Nah, kita sebagai masyarakat yang sudah mendapatkan informasi mengenai bagaimana cara mengecek berita yang beredar, mari kita membantu semampu kita meredam beredarnya berita yang tidak akurat. Baik dengan menginformasikan cara mengecek berita yang benar maupun menunjukkan situs situs yang dapat melakukan verifikasi berita seperti Cek Fakta dari Tempo.co.
*Materi yang saya tulis berdasarkan pengalaman mengikuti pelatihan tentang Cek Fakta Kesehatan di Tempo Institute.*