cerita

Mari Melawan Stigma demi Masa Depan Gemilang Tanpa HIV

05.25.00




Dalam rangka memperingati hari AIDS sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember, dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur untuk pertama kalinya mengadakan Temu Blogger Kesehatan “ Menuju Indonesia sehat” di Hotel Tunjungan Surabaya. Acara ini dihadiri kurang lebih 25 blogger dan Perwakilan dari Dinas Kesehatan provinsi Jawa Timur dan Pusat. Selain itu juga dihadiri oleh Farid Hafifi, selaku perwakilan dari LSM Mahameru yang bergerak dalam pemberdayaan ODHA di Jatim.

Seperti kita ketahui, akhir-akhir ini angka penderita HIV/AIDS meningkat secara tajam di seluruh Indonesia. Di Jawa Timur sendiri, per September 2016 tercatat sudah 36.881 jiwa yang terjangkit penyakit yang mematikan ini. Angka tersebut bukanlah angka yang mutlak, diperkirakan hanya 60% dari angka yang sebenarnya. Karena jumlah penderita HIV/AIDS ini seperti fenomena gunung es yang hanya nampak di permukaannya saja, namun tidak pasti sampai berapa jumlah yang sebenarnya.

Hal ini terjadi karena tidak semua orang dengan sukarela mau memeriksakan diri untuk mengetahui terjangkit penyakit HIV/AIDS ini atau tidak. Angka yang diperoleh didapat dari penderita yang secara tidak sengaja melakukan pengobatan lalu baru diketahui kalau menderita HIV/AIDS. Selain itu data diperoleh dari masuknya data pemeriksaan saat melakukan transfuse darah.

Dari angka diatas tercatat bahwa  sebanyak 62% penderita adalah laki-laki. Adapun penyebab tertinggi tertularnya HIV/AIDS adalah seks yang tidak aman. Sebanyak 76,9% karena berganti-ganti pasangan. 10% karena jarum suntik, 4,06 % homoseksual dan 3,75% disebabkan oleh penularan ibu penderita HIV/AIDS pada anaknya.


Menurut Bapak Ansarul Fahrudda selaku Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Masalah Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, yang perlu dicermati adalah sebanyak 17,74% atau sebanyak 2930 penderita HIV/AIDS adalah ibu rumah tangga. Jauh lebih besar dari jumlah penderita dari kalangan Pekerja Seks Komersial yaitu sebesar 6,33%. Hal ini tentu saja berlawanan dengan stigma yang berkembang di masyarakat bahwa penyebaran  virus HIV/AIDS hanya disebabkan oleh perbuatan negative seperti berganti-ganti pasangan, pekerja seks komersial dan jarum suntik.

Padahal, virus HIV/AIDS dapat juga menular melalui transfuse darah, petugas medis yang secara tidak sengaja tertular oleh pasiennya, DAN anak yang tertular oleh ibunya yang merupakan penderita.

Di Jawa Timur sendiri ada sekitar 448 anak yang menderita HIV/AIDS karena tertular oleh ibunya. Alangkah kasihannya mereka jika ada yang mengetahui bahwa mereka adalah ODHA, lalu dikucilkan dari lingkungan karena dianggap telah berbuat negative sehingga tertular virus HIV. Padahal mereka tidak punya andil dalam penularan virus tersebut. Jadi, masyarakat perlu diedukasi untuk memerangi stigma yang sudah mendarah daging tersebut. Agar Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat hidup lebih berkualitas sehingga memperpanjang harapan hidupnya.


MARI KITA BERUBAH, MASA DEPAN GEMILANG TANPA PENULARAN HIV

Dr. Wiendra Waworuntu,M.Kes selaku Direktur P2PML Kemenkes RI dalam acara yang sama memaparkan bahwa pemerintah Pusat telah menerapkan program TOP pada kelompok yang rentan terhadap penyebaran virus yang menggerogoti Kekebalan tubuh ini.


Program TOP, tersebut adalah:
  • T (Temukan): artinya menawarkan untuk melakukan tes HIV. Tes ini bersifat sukarela atau atas anjuran petugas kesehatan pada kelompok masyarakat yang rentan terkena HIV.
  • O (Obati) yaitu memberikan obat kepada penderita yang secara gratis.
  • P (Pertahankan) yaitu usaha untuk mempertahankan penderita agar teratur minum obat.


Adapun kelompok masyarakat yang rentan tertular virus ini dan harus menjalani tes secara berkala adalah : ibu hamil, penderita hepatitis, IMS, penderita TB, pasangan ODHA, dan orang yang tinggal di daerah epidemic HIV.

Hal ini selaras dengan target untuk mengakhiri epidemic HIV/AIDS pada tahun 2030 yang dikenal dengan 3 zero strategi. Yaitu zero new infection, zero AIDS related death dan Zero discrimination. Dan  pemerintah telah membuat langkah percepatan/Fast track yang terangkum dalam gambar berikut ini :






Provinsi Jawa Timur

Di Jawa Timur angka penderita HIV/AIDS tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya. Tingginya angka tersebut dikarenakan banyaknya temuan penderita baru. Bagaikan dua sisi mata uang. Temuan bisa diartikan sebagai kemunduran dalam penanganan HIV/AIDS Namun juga dapat diartikan sebagai landasan untuk langkah berikutnya. Dengan demikian, penderita yang terdeteksi dapat meningkatkan kualitas hidupnya dan mencegah tertularnya virus  pada orang lain.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang merupakan pelaksana dari setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat telah melakukan beberapa kebijakan sebagai upaya dalam mengatasi penyebaran virus ini. Beberapa langkah tersebut adalah dengan memberikan kemudahan akses pelayanan kepada masyarakat yang ingin memeriksakan diri, meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat. Dan sosialisasi menghilangkan stigma mengenai penderita HIV/AIDS.

Untuk mewujudkan ketiga langkah diatas, upaya yang dilakukan adalah :

  • Meningkatkan kerjasama antara pihak-pihak yang terkait (stake holder)
  • Penguatan komitmen oleh para pengambil kebijakan agar lebih peduli. Dalam hal ini adalah para pemimpin daerah seperti bupati dan walikota diwajibkan untuk memberi lingkungan yang sehat pada warga yang diatur dalam peraturan daerah.
  • Adanya keberlanjutan dari program yang dicanangkan dengan memberi dukungan pembiayaan.



Sebagai pihak yang langsung bersinggungan dengan ODHA, Farid Hafifi dari LSM Mahameru mengungkapkan salah satu tantangan bagi para ODHA adalah ketersediaan ARV. Memang, ARV diberikan secara gratis oleh pemerintah, tapi bagi penderita yang tinggal di daerah terpencil harus mengeluarkan biaya ekstra berupa biaya transportasi agar memperoleh ARV. Diharapkan kedepannya ARV disediakan di setiap pukskesmas yang tersebar di setiap kecamatan agar para penderita yang tinggal jauh dari perkotaan dapat dengan mudah memperolehnya.

Tantangan lain adalah cepatnya penyebaran berita yang tidak benar namun dipercayai oleh banyak orang. Antara lain adanya obat yang dapat menyembuhkan AIDS. Karena secara medis, yang disebut obat untuk menyembuhkan itu belum ada. Sedangkan obat yang ada sekarang tidak menyembuhkan tapi meningkatkan kualitas hidup ODHA.

Satu lagi stigma yang melekat di masyarakat : bahwa penderita HIV/AIDS akan nampak kurus kering dan sakit-sakitan. Tidak semua penderita seperti itu. Banyak juga diantara mereka yang nampak bugar dan sehat. Namun dalam tubuhnya bersemayam virus HIV.

Yayasan Mahameru yang berdiri sejak tahun 2009 ini bekerja di area Pre dan Post Hospital, yaitu pendampingan saat akan melakukan test dan setelah melakukan test HIV. Pendampingan yang dilakukan tentu saja tergantung hasil test. Pendampingan para ODHA dilakukan untuk memastikan bahwa mereka terus mengkonsumsi ARV dan agar para penderita HIV/AIDS lebih bersemangat dalam menjalani kehidupan dan menang melawan stigma.


Kita, Sebagai Anggota Masyarakat.

Disadari hulu dari segala permasalahan kesehatan adalah pelaku itu sendiri. Untuk memutus penularan virus HIV/AIDS tentu saja dengan memutus rantai penyebarannya. Pengetahuan tentang resiko suatu penyakit dan membentengi  diri dari perbuatan yang beresiko adalah salah satu caranya. Nilai-nilai agama dan moral adalah salah satu cara konvensional yang belum ada tandingannya. Selain itu mari kita mulai dari diri sendiri dan menularkannya pada lingkungan untuk melawan stigma di masyarakat tentang HIV/AIDS agar ODHA lebih bersemangat menjalani hidup yang lebih berkualitas.

You Might Also Like

22 comments

  1. Ayokk mb retno, arema harus melakukan germas biar sehattt...heee

    BalasHapus
  2. Akhirnya ketemu mbak retno di acara ini.

    BalasHapus
  3. Semoga perisai agama, do'a dan iktiar sentiasa dimampukan shg terhindar dari perbuatan sia2..,

    Aamiin YRA.... 😇

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin... Semoga sekitar semua selalu dalam lindunganNya...

      Hapus
  4. semoga informasi dari blogger bisa di terima dg jelas oleh masyarakat ya...

    BalasHapus
  5. memang harus dapat edukasi sepeti ini kak karena bagus

    BalasHapus
  6. yes ,, putus rantai penyebarannya.
    Jangan jauhi orangnya, tapi jahui penyakitnya ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dimulai dari diri sendiri dan lingkungan kita ya Bun...

      Hapus
  7. Itu yang terkena penyakit hiv mayoritas kalangan remaja apa yang udah beristri juga?

    BalasHapus
  8. Pemerataan fasilitas kesehatan yah mbak, penting juga. Kasihan saudara2 kita yang tinggal di pelosok, akses pengobatan jauh harus ke kota dulu, sedangkan penanganan mungkin mereka butuhkan segera.

    Ciee, yang sambil reuni colongan sama mas Farid. lala yeye :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha... Ga nyangka ketemu saudara seperguruan :D
      Contohnya daerah asalkan... Kalau mau ke kota kabupaten perjalanannya 1,5 jam lebih...

      Hapus
  9. Ternyata seorang ibu dengan ODHA dapat melahirkan anak sehat juga ya.. jadi sebaiknya kita kasih dukungan pada mereka

    BalasHapus
  10. Wah bermanfaat banget, saya sejauh ini masih kurang tahu soal HIV ini :D

    Salam kenal mbak :)

    BalasHapus
  11. Ayo semangat GERMAS agar ZERO AIDS bisa terwujud

    BalasHapus