cerita

Happy september

18.06.00



Jadi penulis, adalah salah satu cita-cita masa kecilku. Namun seiring berjalan nya waktu, cita-cita itu menguap begitu saja. Bahkan memulai menulis untuk diriku sendiri aja tidak pernah, kecuali untuk urusan sekolah. Begitulah..namanya juga anak-anak punya cita-cita setumpuk...mulai dari penulis, wartawan perang, jadi tentara dan entahlah...sepertinya masih ada lagi cita-citaku yang lain yang aku sendiri bahkan tidak ingat. Yang aku ingat, cita-citaku jadi penulis itu muncul karena hobiku membaca, sedangkan cita-cita wartawan perang itu muncul pada jaman perang teluk dulu. Tiap kali menonton berita, kok kayaknya keren melihat wartawan yang sedang bertugas di medan perang...namun lama-lama cita-cita itu kucoret dari daftar begitu sadar kalau ternyata, peluru itu tajam komandan!

Kembali ke laptop..eh penulis. Sampai akhir kuliah, aku sudah lupa kalau aku punya cita-cita sebagai penulis. Halah..piye to...yang kupikirkan waktu itu adalah kerja atau kalau nggak kerja ya kuliah lagi...ternyata eh ternyata ada yang ngebet ngajakin nikah dan aku mau..wkwkwkkw.
Setelah menikah malah nggak didijinkan kerja sama kangmas bojo. Ya okelah, demi kemaslahatan umat, aku nurut saja. Lagian kasihan kalau ketiga krucilku itu harus di asuh sama orang lain...ngga tega....

Sampai akhirnya pada suatu ketika, setelah beberapa waktu jadi aktifis di fesbuk. Halah.... Tiba-tiba sebuah grup tulis menulis mengadakan event untuk dibukukan dan...bukannya ikut, aku malah ngilang kalau di mention suruh ngumpulkan karya. Wkwkwk . Sampai akhirnya buku dari event tersebut diterbitkan. Ada perasaan menyesal ( sedikit sih..) Kenapa kok nggak ikut event waktu itu.... Sampai ada event yang kedua. Karena tidak mau menyesal yang kedua kalinya, ikutlah aku menulis cerpen. Berbekal komputer pinjaman, akhirnya jadilah cerpen pertamaku " momentum". Puas? Tidak...Malu? Iya qiqiqi.
Setelah aku kirim ternyata tanggapannya tidak terlalu mengecewakan. Bahkan panitia meminta setiap peserta untuk mengirimkan masing-masing dua karya. Setelah mondar-mandir mencari inspirasi akhirnya jadilah cerpen keduaku "mengeja waktu".
Beruntung, cerpen keduaku menjadi cerpen favorit kedua di event itu, dan aku mendapat kenang-kenangan berupa sebuah kumpulan puisi karya Gola Gong, ditambah tanda-tangan dari penulisnya. Wuah seneng sekali rasanya...meskipun aku sama-sekali nggak ngerti soal puisi...qiqiqi.
Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya terbit juga buku yang berisi cerpenku. Meskipun diterbitkan oleh penerbit indie, ada kepuasan tersendiri. Karena aku telah mendobrak, ceile...melawan, halah...pokoknya aku telah mengalahkan diriku sendiri, dengan berani menulis untuk dibaca orang lain.....tepuk tangan dong.....prok-prok..prok.

Apakah ini menjadi sebuah momentum dari seorang Retno untuk kembali ke cita-cita masa lalunya menjadi seorang penulis? Tanya seorang wartawan yang mewawancara dalam sebuah sesi imajinasiku :p.
Aku jawab....masih jauh bung! Saya menulis hanya karena hobi saja. Dan biar jadi kenang-kenangan untuk anak-anakku kelak. Biar mereka tahu, kalu emak-emak yang menemani mereka setiap hari di rumah. Kerjanya tidak hanya masak, mencuci, setrika dan nyupir saja. Tapi juga pernah menulis. Eh tapi nyupir disini bukan nyetir mobil lho ya...tapi nyuci piring :D.

Nah ini dia sampul bukunya...ga usah dicari, paling terbit juga cuma sekali wkwkwkwk.



You Might Also Like

0 comments