rindu yang menyakiti ini telah terobati..
dan rasa itu akan terus membayangi…
disetiap seretan kaki ku melangkah pergi…
ku pikul beban hati penuh harapan agar dirimu kembali…
*
tiba-tiba hujan tertumpah dari langit yang menganga sendiri..
lalu kekasih kembali dengan tangan yang bergetar tiada henti..
dia ingin melepas rindu yang telah dia tumpuk semakin tinggi.
lalu kekasih kembali dengan tangan yang bergetar tiada henti..
dia ingin melepas rindu yang telah dia tumpuk semakin tinggi.
*
Pendar-pendar cahaya mengiring langkah kekasihku
Sebongkah cahaya dia sematkan didadaku
Dengan lembut, cahaya itu menyelinap ruang-ruang jiwa
Sebongkah cahaya dia sematkan didadaku
Dengan lembut, cahaya itu menyelinap ruang-ruang jiwa
*
“Mari sayang kita melangkah bersama cahaya…
Berikan cahayamu jika aku redup….
Aku kan selalu menerangimu jika kau dalam gelap…
Dan kita kan berbagi cahaya bila sama-sama tersesat…”
*
Melantun lirih kata-katamu menyusup kalbu…
Menopang reruntuhan asa yang sempat terserak…
Menyambung nyawa yang berhiaskan sejuta kenangan.
Apa kabar pucuk merahku
Masihkah ujungujung daunmu memerah
Mengangguk-angguk di pagi yang sunyi
Seolah enggan melepas pelukan sang embun
Bila hilang ujung merahmu
Hilang pula pesonamu
Ah...aku tlah buatmu menderita
Meninggalkanmu...
Membiarkan debu mencengkeram urat-urat di daunmu
Dan aku disini, terpisah jarak darimu
Hanya duduk diam
Menengadah...
Menghitung kotak demi kotà k dilangit-langit
Berharap mereka adalah bulan dan tahun
Yang segera terlewati
Agar aku kembali bercengkerama denganmu
Di Setiap jelang senja
Tuk hilangkan deritamu
Ah pucuk merahku
Tunggu aku kembali
Ketika baru kukenal hitam dan putih
Kau datang membawa sejuta warna
Melalui kuncup bunga yang baru mekar
atau bait indah diatas kertas merah jambu
Namun terkadang kita harus rela
Habiskan hari yang kelabu karena ego
Senandungmu lembut memanja
Membuai dan melenakanku
Walau sesekali tajam
Menyayat...
Kau telanjangi aku dengan lugas
Kau ingatkan aku akan diriku
Tapi aku tetap memujamu
Dua belas September terlewati
Bisikanmu masih selembut dulu
Pelukanmu masih sehangat dulu
Ah...aku ingin selalu begini
Aku dan kamu bak pecinta muda.
Seperti udara terhempas ke dinding tebing
serasa layuh, merisik arah
Pun aku
manusia lemah
tak jarang berbuat salah
Ketika hati abaikan isyarat logika
bukan mauku
mungkin memang harus begitu
*
Beri aku mnemonik
kan kupakai sebagai azimah
biar terpatri
melekat erat laksana rajah
agar aku tak seperti cawan berlarian
saat kau isi bilik-bilik kosong dalam jiwa
atau aku akan terjerembab
terperosok
Jauh kedasar Akatalepsia
Menyisakan gurat sesal yang dalam
Semakin pedih…
hanya bisa meratap…
lalu mati
*
Beri aku mnemonik…
karena bersamamu adalah pilihan hidupku